www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA–Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) gandeng Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan sosialisasi Pelajar Cakap Digital pada Jumat, 15 September 2023.
Kegiatan yang diikuti siswa SMA Labschool UNESA di Auditorium T14 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Kampus Lidah Wetan ini merupakan lanjutan dari Camp Literasi Digital yang diselenggarakan di Student Center beberapa waktu lalu.
Dekan FISH yang diwakili Silkania Swarizona, M.IP., dalam sambutannya mengatakan, di era kemajuan digital saat ini, seseorang harus menjadi cakap digital. Permasalahan yang acap kali muncul seperti intoleran dan radikalisme, bisa teratasi dengan meningkatkan kualitas literasi digital.
Harapannya, para siswa setelah mendapatkan sosialisasi ini, mau belajar bersama menjadi pelajar yang cakap digital. Juga mampu menjadi representative pelajar cakap digital agar bisa berkolaborasi dengan siswa dari sekolah lain untuk berbagi ilmu yang diperoleh.
Lebih lanjut, dalam materi yang dia paparkan, kemajuan teknologi digital membawa dampak positif juga negatif. Namun sayangnya, dampak negatif seperti kecanduan konsumsi layar ponsel, stres, atau gangguan mental health lebih sering timbul ketimbang dampak positifnya.
www.unesa.ac.id
Di dunia digital seringkali secara tidak sadar seseorang seenaknya melontarkan komentar bernada benci, body shaming, maupun tindakan bullying lainnya dikarenakan tidak mengerti apa sebenarnya makna dari belajar literasi digital, cakap digital.
Literasi digital merupakan kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, berkomunikasi, mengevaluasi, dan membuat informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital.
Baginya, hidup di dunia maya tidak berbeda dengan kehidupan nyata. Keduanya harus menerapkan nilai-nilai Pancasila. "Sesederhana tidak menghina orang lain, menghormati agama orang lain, tidak menghina karya orang lain, hal itu masih sering dilakukan secara tidak sadar oleh masyarakat penikmat media sosial saat ini," ungkapnya.
Menjadi masyarakat digital atau biasa disebut digital citizenship harus punya tiga hal. Pertama, critical thinking, yang berarti menjadi masyarakat digital harus bisa berpikir kritis terhadap apa yang diunggah atau diunduh dari internet.
"Ketika ada informasi yang diragukan kebenarannya, kemudian seseorang pergi melihat dan mencari informasi dari berbagai perspektif, itu salah satu bentuk kritis dalam menyikapi suatu fenomena," ucapnya.
Kedua, being safe. Memperhatikan keamanan dan data pribadi. Bukan hanya dalam keamanan digital, tentang memposting apapun, juga harus hati-hati. "Banyak orang tidak bertanggung jawab di luar sana yang tidak ragu untuk menyalahgunakan postingan kita demi kepentingannya sendiri," ujarnya.
Ketiga, acting responsibility. Ketika sudah punya rasa tanggung jawab yang besar pasti akan berpikir dua kali untuk membagikan sesuatu di akun sosial medianya. Misalnya saja, ketika seseorang memiliki 200 ribu pengikut di akun media sosialnya, maka sebagai masyarakat digital yang baik, harus mempertimbangkan dahulu, apakah sesuatu yang akan diposting membawa pengaruh positif atau negatif.
Dalam kesempatan ini, perempuan yang juga dosen Ilmu Politik UNESA itu menunjukan video tentang seorang anak yang gagal meraih kesempatan untuk study exchange ke Amerika karena rekam jejak digitalnya yang menunjukkan perlakuan buruknya terhadap hewan peliharaannya.
"Jangan sampai ketidaksadaran saat memposting sesuatu menghambat masa depan kita. Paling penting, jangan gampang untuk posting data diri, atau tiket boarding misalnya, di situ kan ada barcode yang isinya semua data pribadi kita, nanti kalau disalahgunakan bisa fatal akibatnya," tuturnya.
Sebagai informasi, setelah mendengarkan pemaparan materi dari Silkania, peserta dibagi menjadi empat kelompok untuk sharing session dengan tujuan memperdalam materi tentang budaya digital, etika digital, keterampilan digital, dan keamanan digital.
Dewi Purwanti, M.Pd., Kepala SMA Labschool UNESA 1 Surabaya, dalam sambutannya mengatakan, untuk mengatasi kekerasan seksual, tindakan bullying, ataupun hal negatif lainnya di ranah digital dapat dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan cakap digital.
Bijaksana dalam menggunakan teknologi yang mereka miliki menjadi faktor yang cukup besar untuk mengatasi segala tindakan negatif di dunia digital. "Harapannya siswa kami punya bekal dan cakap digital serta bijak dalam memanfaatkan media sosial. Semoga ini bisa menjadi contoh dan semangat bagi pelajar lainnya," ucapnya. [*]
*
Reporter: Fatimah Najmus Shofa
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: