www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Isu narkoba di lingkungan pendidikan tinggi sedang menjadi pembicaraan di linimasa media sosial. Merespons itu, Sub Direktorat Mitigasi Crisis Center (SMCC), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bergerak cepat melakukan edukasi sekaligus pemetaan risiko narkotika di Ruang Sidang, LPPM, Rektorat, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Rabu, 14 Juni 2023.
Acara bertajuk 'Ngobrol Rabu Cerdas' (Ngobras) itu mengusung tema "Peningkatan Ketahanan Mahasiswa Anti-Narkotika dan Analisis Pemetaan Risiko Narkotika". Sebagai narasumber hadir Kepala Seksi Anti-Narkotika dan Kesehatan Mental, Wiryo Nuryono, S.Pd., M.Pd; Tim BNNP Jatim Sri Artanti Maryani, S.Sos; dan Kepala Seksi Mitigasi Kebencanaan dan K3 Aghus Sifaq, S.Pd., M.Pd.
***
www.unesa.ac.id
Dr. Mutimmatul Faidah, S. Ag., M. Ag, Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis Kampus mengatakan bahwa kegiatan ini dihadiri sejumlah mahasiswa yang merupakan perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selingkung UNESA dan UKM Peduli Kemanusiaan.
Diharapkan, kegiatan ini menjadi bekal bagi mahasiswa agar mampu memberikan edukasi kepada mahasiswa di fakultasnya masing-masing akan bahaya narkoba bagi kesehatan dan masa depan. "Acara ini juga kita libatkan duta anti-narkoba agar gerakan kesadaran bahaya narkoba atau upaya pencegahan ini masif dilakukan di semua level," ucapnya.
Dia menegaskan, tidak ada ruang toleransi peredaran narkoba di kampus. Karena itu, pihaknya terus melakukan gerakan pencegahan dari tingkat universitas hingga prodi dengan menyasar mahasiswa. "Kita ada gerakan tes urin yang dilakukan beberapa bulan lalu. Tes ini bakal terus dilakukan secara berkala. Berbagai program ini kami juga menggandeng teman-teman BNNP. Komitmen kami UNESA kampus bersinar (bersih narkoba)," ucapnya.
***
Sri Artanti Maryani memaparkan bahwa saat ini Indonesia tengah dilanda darurat narkoba karena adanya regenerasi pasar sebagai sasaran utama dari penyebaran narkotika. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan bahwa pada 2021 terdapat 1,95 persen masyarakat Indonesia pernah mengkonsumsi narkotika dengan rentang umur pengguna 15-24 dan 50-64 tahun.
"Bandar yang menjual narkoba kini sudah menyasar anak TK-SD, tidak hanya mahasiswa dan orang dewasa yang umumnya menggunakan narkoba. Narkoba disajikan dalam makanan dengan kemasan yang menarik sehingga memudahkan dalam menjaring anak-anak sebagai korbannya," jelasnya.
Modus peredaran narkotika sekarang ini semakin kreatif dan kian sulit dilacak. Menurutnya, narkotika termasuk dalam ekstra-ordinary crime yang bisa melibatkan banyak orang dengan jaringan lintas negara. Perlu diakui, permintaan pasar terbilang tinggi. Dengan iming-iming upah tinggi, banyak orang terlibat sebagai pengedar, lalu terjerat.
Mengingat hal tersebut, Tanti menegaskan bahwa remaja harus memiliki pertahanan diri yang kuat agar tidak terjerumus narkoba. "Harus ada kemampuan untuk membentuk pertahanan diri untuk mengendalikan, menolak dan menghindari narkoba. Untuk membentuk pertahanan diri yang baik, remaja harus memiliki tiga poin utama yang saling berkaitan dalam membentuk imunitas diri terhadap narkotika," ucapnya.
Tiga hal yang dimaksud meliputi, 1) self regulation yaitu mengontrol impuls emosi dan pengaruh lingkungan; 2) assertiveness yaitu mengutarakan secara langsung yang tidak diinginkan secara tegas kepada orang lain; serta 3) reaching out yaitu meningkatkan aspek positif melalui menerima tantangan berinteraksi dengan orang lain. []
***
Penulis: Hiline Wijayanti
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: