HAMPIR seluruh perguruan tinggi di Tanah Air memiliki kendala yang sama untuk meningkatkan kualitas. Sejumlah keterbatasan dari tahun ke tahun yang selalu menghambat antara lain berupa sumber daya manusia (SDM), pendanaan, sarana dan prasarana. Satu-satunya kunci yang diyakini Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) untuk mengatrol kualitas itu adalah melalui kerja sama. Menurut Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Dr. Haris Supratno, kerja sama yang digalakkan itu tak selalu harus bersifat nasional. Bahkan kalau perlu, kemitraan itu bersifat bilateral atau internasional. Salah satu cara yang ditempuh MRPTNI adalah bekerja sama dengan Council of University President of Thailand (CUPT) yang pertemuan kedua kemarin (17 s-d 20/09) diselenggarakan di Surabaya. Sejauh ini, kualitas perguruan tinggi negeri Thailand sebenarnya tak beda jauh dengan kualitas PTN Indonesia. Karena bila dilihat dari grade yang ada, selisihnya tak beda jauh. Tapi mereka mengakui bahwa masing-masing peguruan tinggi itu memiliki keunggulan sendiri-sendiri. ? ? ? ? ? Kita mengadopsi keunggulan PTN yang mereka miliki, sebaliknya mereka mengadopsi keunggulan perguruan tinggi kita,? ? ? ? ? ? ujarnya. Keunggulan yang dimiliki PTN Indonesia antara lain tentang penguasaan teknologi seperti dimiliki Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Perguruan tinggi Thailand juga merasa perlu tenaga pengajar Bahasa Indonesia. ? ? ? ? ? Kita bahkan sudah mengirim dua tenaga dosen dari Universitas Negeri Malang, kini mereka minta dikirim lagi dua pengajar dari Unesa,? ? ? ? ? ? ujar Prof. Haris Sebaliknya dari Thailand, banyak hal yang sudah siap diadopsi. Di bidang pertanian misalnya, Thailand dianggap lebih maju dan mapan. Negara itu juga dinilai memiliki keunggulan dalam pengembangan teknologi di bidang ini. ? ? ? ? ? Misalnya teknologi bangkok seperti jambu bangkok atau duren bangkok, itu masih perlu kita pelajari,? ? ? ? ? ? ujarnya. Pertemuan kedua antar para rektor PTN dengan negara Thailand kemarin intinya menindaklanjuti konvensi pertama yang diselenggara-kan di Bangkok pada Desember 2005 lalu. Dalam forum yang dihadiri 45 rektor perguruan tinggi negeri Thailand itu, kedua belah pihak mencapai sejumlah kesepakatan. Selain kerja sama di bidang pendidikan dan pengajaran, kedua belah pihak juga menyepakati kerja sama di bidang penelitian, penyelenggaraan pendidikan, double degree, transfer kredit, seminar dan kerja sama penulisan jurnal. Mereka juga menyepakati kerja sama di bidang kesenian dan olahraga. Dalam pertemuan yang berlanjut dengan MoU untuk melegalkan sejumlah kesepakatan tersebut, dari pihak MRPTNI diwakili Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ansori Mattjik., M.Sc. Sedangkan delegasi Thailand diwakili Prof. Pratya Vesarach., Ph.D. Untuk lebih melegalkan lagi pertemuan itu, hadir pula dubes kedua negara dan perwakilan kementerian pendidikan kedua negara. Sementara untuk menunjang pendanaan, mereka juga sudah mengundang sejumlah lembaga donor internasional antara lain Unesco. Gagasan mengundang para donor itu, diakui Prof. Haris, sangat penting karena perguruan tinggi kedua negara sama-sama menghadapi masalah pendanaan. ? ? ? ? ? Kalau dulu, semua pembiayaan yang ditimbulkan selalu ditanggung intern perguruan tinggi, ke depan kami harap ada pihak yang mendukung sisi pendanaannya,? ? ? ? ? ? katanya menegaskan. Rektor Unesa yang dalam pertemuan kemarin bertindak selaku ketua panitia itu menyatakan, hasil pertemuan I di Bangkok sebetulnya sudah melahirkan sejumlah gagasan. Thailand misalnya sudah menawarkan obyek penelitian yang bisa digarap bersama. Diantaranya tawaran penelitian bersama tentang masyarakat dis ekitar Sungai Mekong Thailand dari aspek pendidikan dan sosial budayanya. Menurut Prof. Haris, setelah dilegalkan yang disaksikan para pejabat terkait, masing-masing rektor itu dipersilakan menindak-lanjutinya sendiri-sendiri. Hingga kemarin, para rektor itu sudah bekerjasama dengan 3 negara. Karena sebelum dengan Thailand, hal yang sama juga pernah dilakukan dengan perguruan tinggi Amerika dan Malaysia. Dengan Malaysia misalnya, seperti disebutkan Guru Besar FBS ini , banyak hal sudah dilakukan dengan Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di negeri Jiran tersebut. Selain menggelar seminar bersama, mereka juga aktif kerja sama dalam hal pengiriman tenaga dosen. Menyusul Thailand, Majelis Rektor Indonesia juga sudah berancang-ancang menggalang kerja sama serupa dengan China yang juga dikenal memiliki setumpuk keunggulan. Selain menggalang MoU, pertemuan para rektor Indonesia dengan Thailand kemarin juga berbuntut pendirian perwakilan perguruan tinggi Thailand di Indonesia. Perwakilan yang diberi nama Pusat Kajian Thailand yang asli milik Thailand itu dibangun di kampus Unesa. Lembaga ini nantinya berfungsi menjembatani segala bentuk kerjasama Indonesia dan Thailand bukan hanya sebatas di lingkup dunia pendidikan saja. Lembaga kajian ini menjadi lebih legal karena peresmiannya disaksikan langsung oleh dubes kedua negara. Kehadiran mereka itu diharapkan bisa membantu dari aspek pendanaan di masa-masa mendatang. ? ? ? ? ? Mengapa dipilih Unesa, karena kita mewakili Indonesia Timur, kalau di Indonesia Barat mereka sudah memlikinya di Medan,? ? ? ? ? ? ujar Rektor Unesa. (djo)