www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Berawal dari mengikuti program merdeka belajar dan kampus merdeka atau MBKM “Digital Innovation and Entrepreneurship” di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), empat mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggagas aplikasi peduli cyberbullying yang diberi nama Bcare (Bully Care).
Aplikasi ini lahir dari tangan Freetual Team yang terdiri dari Nabila Arum Hidayati (PG-PAUD 2019), Sindi Olivia (PG-PAUD 2019), Mellinda Putri Berliana (Pendidikan Bahasa Inggris 2019) dan Abdul Aziz (Sistem Informasi 2019).
“Kasus bullying pada anak kian mengkhawatirkan. Nah, pas itu kita ada program MBKM ikut bootcamp kurang lebih enam bulan dan berpikir menggagas Bcare,” ujar Nabila di UNESA Ketintang kemarin (26, September 2022).
Gagasan mereka ini kemudian diikutkan dalam kompetisi dan inovasi yang diselenggarakan European Union Social DigiThon Competition akhir 2021. Pada kompetisi yang mengusung tema “Melawan Cyberbullying terhadap Anak,” ini mereka berhasil menembus Top 10.
Nabila menjelaskan, Bcare merupakan aplikasi pencegahan cyberbullying yang bertujuan untuk mencegah cyberbullying yang terjadi pada anak-anak. Pada sesi wawancara, dia memaparkan data menurut survei UNICEF U-Report 2021 ada sekitar 45% dari 2,777 anak muda usia 14-24 tahun pernah mengalami cyberbullying.
Sedangkan di Indonesia sendiri kasus cyberbullying atau perundungan dunia maya yang sering terjadi adalah penyebaran hoax dan penipuan sebanyak 47%, ujaran kebencian 27% dan diskriminasi 13%. Tentunya, kasus ini tidak bisa diremehkan dan harus segera mendapatkan solusi karena dampak yang ditimbulkan tidak main-main. Selain bisa menimbulkan trauma berkepanjangan, juga bisa berakhir pada kematian.
Sindi Olivia melanjutnya, Bcare digagas dalam bentuk dua fitur utama yaitu Viducate dan ITalk. Viducate merupakan fitur dimana user akan merasakan visualisasi (pengalaman) menjadi korban cyberbullying melalui video yang ditayangkan pada gadget dengan bantuan teknologi deepfake.
Sebelum menggunakan fitur tersebut, user diminta untuk memilih gender dan ketika memilih gender perempuan, terdapat pilihan hijab dan nonhijab. Hal itu disesuaikan dengan keberagaman yang ada di Indonesia. Setelah melihat tayangan tersebut, user diminta mengisi kuesioner berjudul “Self Reflection” agar mengetahui bagaimana perasaannya setelah melihat tayangan tersebut.
“Ini untuk memberikan pengalaman batin kepada anak bagaimana sih perasaan ketika dibully sama teman-teman. Setelah memahaminya, diharapkan muncul kesadaran sehingga mereka mikir-mikir untuk melakukannya,” papar Sindi.
Mellinda Putri Berliana melanjutkan, fitur kedua yaitu Italk. Merupakan fitur forum diskusi terkait cyberbullying. User dapat mencurahkan isi hati, saling bercerita, dan berdiskusi mengenai tindakan cyberbullying. Forum ini dibuat untuk memberikan tempat curhat kepada korban cyberbullying yang mungkin belum berani bercerita kepada orang lain terkait tindak cyberbullying yang dialami.
“Identitas user bersifat anonim begitu juga foto profil akunnya akan bergambar icon buah-buahan. Hal ini untuk menjaga privasi masing-masing user,” paparnya.
Selain itu, tanggapan dari user lain terkait curhatan dari korban cyberbullying, akan difilter oleh aplikasi sehingga terbebas dari kata-kata yang tidak baik. “Karena, jangan sampai korban cyberbulllying ingin curhat pada fitur tersebut tetapi malah mendapat hujatan dari user lain,” tambah Mellinda.
Dijelaskan Abdul Aziz, fitur viducate dapat dikembangkan dengan menambahkan pilihan-pilihan video visualisasi cyberbullying yang lain. Akan ada beberapa video yang dapat dipilih agar bisa mempresentasikan tindakan cyberbullying yang sedang terjadi. Pengembangan fitur ini bertujuan agar para pengguna juga lebih memahami macam-macam cyberbullying yang tengah terjadi di masa sekarang.
Aplikasi BCare ditujukan anak dengan rentang usia 10-17 karena pada usia tersebut mereka merupakan pengguna aktif media sosial yang masih labil dan rentan terhadap tindakan cyberbullying. Aplikasi ini masih dalam tahap prototype dan masih dalam tahap pengembangan.
“Kita harap ini cepat selesai karena masih pengembangan. Setelah rampung ini harapannya bisa digunakan masyarakat atau sekolah dalam mengurangi angka cyberbullying baik di sekolah maupun di lingkungan sosial atau keluarga,” harap Aziz. [HUMAS UNESA]
Penulis : Nabila Arum
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: