Tim Unesa yang terdiri dari guru besar dan pakar memberikan pelatihan penguatan implementasi pendidikan inklusi di SIB Thailand.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) menggelar pelatihan pengembangan kompetensi kepala sekolah dan guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif, bekerja sama dengan tim pengabdian masyarakat Universitas Negeri Surabaya (Unesa) beberapa waktu lalu.
Tim Unesa yang terlibat dalam pelatihan ini terdiri dari, Wulan Patria Saroinsong, Sujarwanto, Bambang Yulianto, Ricky Setiawan, Ni Made Marlin Minarsih, dan Muhammad Nurul Ashar. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktis dalam mengelola kelas inklusif sesuai dengan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 dan PP No 13 Tahun 2020.
Ketua PKM, Wulan Patria Saroinsong mengatakan, sebagai lembaga pendidikan yang melayani anak-anak dari berbagai latar belakang, SIB berkomitmen untuk mengembangkan lingkungan belajar yang inklusif.
“Pendidikan inklusif sendiri telah menjadi isu utama di dunia pendidikan, khususnya sejak pandemi COVID-19 mempertegas kesenjangan akses pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas. Kepala sekolah dan guru SIB dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan inklusif,” ujarnya.
Program pelatihan ini dirancang dalam tiga tahap: persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap persiapan melibatkan pengembangan materi pelatihan berbasis modul, yang mencakup konsep, landasan, manajemen, dan pengelolaan kelas inklusif.
Tahap pelaksanaan terdiri dari sesi daring menggunakan platform Zoom dan Google Classroom, serta sesi luring yang berlangsung di SIB. Akhirnya, evaluasi dilakukan melalui pre-test dan post-test untuk mengukur efektivitas pelatihan.
Tim Unesa bersama jajaran pengurus dan guru SIB Thailand.
Hasil pre-test menunjukkan, pemahaman awal peserta tentang pendidikan inklusif masih minim. Dari 13 responden, mayoritas mendapatkan nilai di bawah 80, dengan nilai rata-rata 47,69. Setelah pelatihan, hasil post-test menunjukkan peningkatan signifikan dengan rata-rata skor naik menjadi 63,08. Ini menandakan peningkatan yang jelas dalam pemahaman peserta terhadap manajemen pendidikan inklusif.
Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga memberikan keterampilan praktis. Sebagai contoh, peserta belajar cara membuat modifikasi kurikulum yang sesuai untuk peserta didik penyandang disabilitas.
Salah satu aspek penting adalah pengenalan "akomodasi yang layak" dan peran guru pendamping khusus dalam mendukung siswa dengan kebutuhan khusus. Jumlah peserta yang dapat menjawab benar pada pertanyaan terkait topik ini meningkat signifikan setelah pelatihan.
Keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan SIB sebagai mitra. Fasilitas yang memadai serta dukungan logistik memungkinkan pelaksanaan pelatihan berlangsung lancar. Kepala sekolah SIB menyatakan, pelatihan ini sangat membantu kami dalam memahami bagaimana menciptakan lingkungan yang inklusif, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus tetapi juga seluruh komunitas sekolah.
Program ini diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah lain, baik di Indonesia maupun luar negeri, yang menghadapi tantangan serupa. Dengan meningkatnya kompetensi kepala sekolah dan guru, institusi pendidikan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan inklusif, memenuhi hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.[*]
**
Penulis dan dokumentasi: Tim PKM Unesa
Share It On: