Meski tak masuk posisi tiga besar, tim Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKMGT) yang menggagas Entrepreneurship Hidden Curriculum (EHC) mendapatkan banyak pujian dari berbagai kalangan. Mulai dari Pembantu Rektor I Unesa hingga Dikti dan dosen serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Bagaimana EHC diapresiasi di arena Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2009. Inilah ceritanya. Siang itu, Rabu (22/07) finalis dari Universitas Gadjah Mada (UGM) usai mempresentasikan PKMGT-nya, kemudian salah seorang dari tim itu menuju meja dewan juri untuk mengambil kupon undian presentator berikutnya. Presentasi berikutnya akan disampaikan tim dari Universitas Negeri Surabaya dengan judul EHC (Entrepreneurship Hidden Curriculum) di Pendidikan Tinggi Sebagai Salah Satu Alternatif Solusi Mengurangi Pengangguran, ucap koordinator dewan juri. Sesaat setelah itu, tiga orang di barisan paling depan sibuk menyiapkan properti presentasinya. Ada yang mengenakan toga wisuda, kertas berlabel mahasiswa, pengangguran, dan dosen serta beberapa papan nama bertuliskan Dikti, Perguruan Tinggi (PT), dan Pemerintah Daerah (Pemda). Aula Program Bahasa dan Sastra Universitas Brawijaya (UB) itu pun mendadak ramai oleh tepukan tangan para finalis. Ya, presentasi tim EHC yang menggunakan konsep sosiodrama penyebabnya. Oktober 2020 di negeri antabrantah, puluhan ribu sarjana baru dihasilkan berbagai perguruan tinggi. Banyak di antara mereka, tatapan matanya kosong, seolah memikirkan sesuatu. Ya, mereka bingung dan linglung mau ke mana setelah lulus kuliah karena perguruan tinggi mencetak lulusannya menjadi job seeker bukan job creator, begitulah narasi sosiodrama tahap pengenalan masalah yang mengiringi peran Fithri sebagai penganggur. Sesaat setelah itu, ia mulai mengungkapkan data-data pendukung fenomena pengangguran yang marak di Indonesia. Pada akhir perannya, ia bertanya pada kalangan intelektual, bagaimana solusinya? Bayu yang berperan sebagai mahasiswa menjawabnya. Ia menawarkan konsep EHC. EHC di perguruan tinggi sebagai alternatif solusi mengurangi penganguran dapat dilakukan dengan dua cara, yakni (1) upaya yang dilakukan oleh perguruan tinggi secara institusional, meliputi: perancangan koordinasi Program Usaha Mandiri Mahasiswa (PUMM), pembentukan komite EHC, pembentukan biro pelayanan administrasi pendirian usaha baru bagi mahasiswa; dan (2) upaya yang dilakukan oleh dosen secara profesional, meliputi: perancangan kompetensi, indikator, materi, perencanaan, strategi, dan evaluasi pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai soft skill dan hard skill kewirausahaan dengan tetap mengacu karakteristik bidang keilmuannya. Begitulah ia menawarkan konsep sambil menampilkan bagan penerapan EHC secara teknis kepada para finalis yang dikondisikan sebagai Pemda, kepada dewan juri yang dianggap sebagai perwakilan Dikti, dan Andit yang berperan sebagai pejabat suatu PT. Di akhir waktu presentasi, si Andit, sang pejabat kampus pun memberikan komentarnya tentang gagasan yang dibuat mahasiswa penggagas konsep EHC. Sang pejabat menyatakan persetujuannya terhadap konsep EHC tersebut. Akhirnya pejabat kampus itu menyarankan kepada Dikti, PT, dan Pemda agar berperan aktif dalam pengembangan EHC pada masa mendatang. Oleh dewan juri, presentasi ini mendapatkan pujian. Siang ini kita mendapatkan hiburan yang menarik dari tim Unesa dengan model presentasinya yang disertai drama, tepuk tangan buat tim ini, ucap kooordiantor dewan juri. Sesi tanya jawab pun berjalan cukup lancar. Apresiasi tak berhenti di situ. Di kalangan sesama finalis, beberapa tim dari universitas lain pun memuji produk PKMGT EHC yang berupa buku ini. Bahkan, pada saat itu juga radio kampus UB, Oryza FM mengajak tim PKMGT EHC live on air di markasnya. Selain itu, di ruang pameran produk PKM, berbagai kalangan kembali mengapresiasi gagasan dan produk ini. Gagasan Anda bagus, EHC ini dapat diterapkan pada semua jurusan?, tanya dosen pembimbing Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Oh ya tentu saja Ibu, tinggal pintar-pintarnya dosen mencari kemungkinan EHC itu diterapkan di mata kuliah yang diampunya, khususnya mata kuliah praktis-aplikatif, jawab tim EHC. Keesokan harinya, waktu penilaian gelar poster PKM, Pak Widya Utama, tim penilai Dikti yang juga dosen Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengunjungi stan EHC. Pada awalnya, ia hanya melihat-lihat produk buku EHC, lalu membacanya dan merasa tertarik dengan konsep gagasan tersebut, Pak Widya Utama pun berinisiatif membeli buku EHC itu. Namun tim PKMGT EHC ini berkata, Wah terima kasih atas kesediaan Bapak membeli buku kami, tapi mohon maaf kami belum bisa menjualnya karena buku kami ini masih dalam proses peng-ISBN-an. Selain itu, banyak pula dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang memberikan penilaian positif pada PKMGT ini. [bayu-fithri_humas]