www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA – Kompetensi jurnalistik humas harus terus ditingkatkan, itulah yang dilakukan Divisi Dokumentasi dan Layanan Informasi, UPT Humas UNESA lewat Workshop Peningkatan Kompetensi Reporter Humas UNESA pada Kamis, 3 Februari 2022 bertempat di Joglo, Lab. Merdeka Belajar, UNESA Kampus Lidah Wetan, Surabaya.
Kegiatan ini diikuti sekitar 13 reporter baru. Para reporter tersebut merupakan mahasiswa aktif dari berbagai fakultas. Pada kesempatan itu, hadir Vinda Maya Setianingrum Kepala Humas UNESA dan Prima Vidya Asteria Kepala Divisi Dokumentasi dan Layanan Informasi,.
Vinda Maya menyatakan bahwa humas memiliki peran penting dalam struktur organisasi perguruan tinggi. Citra lembaga ada di tangan humas, menjaga hubungan baik antar lembaga hingga manajemen krisis atau permasalahan juga bagian dari tanggung jawab humas.
Tanggung jawab yang besar itu harus didukung dengan SDM yang berkompeten. “Pelatihan seperti ini penting untuk upgrade kemampuan reporter humas. Di sini kita dituntut sigap, cepat dan harus siap setiap saat,” ujarnya.
Pada sesi diskusi bedah naskah, Mubasyir Aidi, Koordinator Majalah UNESA menyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan para reporter majalah maupun website. Sebelum meliput, reporter harus merancang rencana liputan, baca-baca refrensi dan data awal baik mengenai kegiatan, isu yang dibahas dan narasumber. Ini memudahkan reporter memahami dan menentukan angle liputan.
Saat liputan, reporter harus mencari data yang dibutuhkan berdasarkan rencana liputan yang dibuat sebelumnya. “Carilah data sampai data, jika tidak ditemukan dari pembahasan, temui dan wawancara narasumber atau penanggung jawab kegiatan atau pihak terkait dalam acara tersebut. Setelah liputan, usahakan langsung ditulis,” terang Redaktur Majalan UNESA itu.
Sementara itu, Hisyam, Koordinator Website UNESA memaparkan terkait strategi menulis, membuat judul dan menentukan angle berita. Dalam menulis berita, reporter lumrah mengalami kebingungan dalam menentukan angle dan memulai tulisan serta menentukan judul berita.
Angle tulisan, misalnya dalam liputan seminar atau webinar bisa ditentukan dari bagian yang paling menarik dan penting diketahui publik terkait kegiatan tersebut. Sisi menarik dan penting dari kegiatan bisa dilihat siapa saja yang terlibat, adakah tokoh atau pejabat publik? Apa yang dibicarakan? Tindak lanjut ke depannya seperti apa?
Sebagai contoh, Prodi Pendidikan Luar Sekolah, FIP mengadakan seminar nasional “Tren Pendidikan Pascapandemi” yang dihadiri Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim. Angle tulisan, bisa ditentukan dari apa yang disampaikan Mendikbudristek dalam acara tersebut.
Pada sesi selanjutnya, Abdur Rohman Redaktur Majalan UNESA juga memberikan wejangan tentang foto jurnalistik. Dia memaparkan, dalam memotret kegiatan, entah itu gambaran acara atau narasumber, upayakan untuk menangkap gambar yang hidup. “Foto yang dihasilkan bisa bercerita kepada pembaca dengan kata lain, ketika orang melibat foto kita, orang bisa menangkap pesannya,” jelasnya.
Setelah sesi diskusi, para reporter berkesempatan melakukan praktek foto jurnalistik dan membedahnya satu persatu. Secara umum, hasil pemotretan peserta sudah bagus. Hanya saja, perlu ditingkatkan terutama mengenai mengambil angle dan komposisi foto. “Tetap semangat, jangan berhenti belajar dan berlatih, foto jurnalistik tidak bisa terampil hanya ikut satu pelatihan sekali, tetapi perlu latihan berhali-hali,” pesannya.
Penulis: Siska Arianti
Editor: @zam.
Share It On: