www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Forum Rektor Indonesia (FRI), dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) terus jalin kerja sama dalam memperkuat nilai gotong royong sebagai bagian dari nawa cita pemerintahan saat ini. Dalam hal ini, UNESA adakan Kursus Kader Kebangsaan Jilid II beberapa waktu lalu.
Dr. Bambang Sigit Widodo, M.Pd., penanggung jawab kegiatan mengatakan bahwa tujuan kegiatan tersebut yakni membekali generasi Z sehingga bisa berkontribusi dalam gerakan revolusi mental di tengah mahasiswa maupun masyarakat. Kursus kebangsaan kali ini, penguatannya dilakukan di dalam kelas dan semua peserta juga terjun ke lapangan berkontribusi untuk masyarakat. Kegiatan dilaksanakan di salah satu desa mitra yaitu Desa Sambong Dukuh, Kabupaten Jombang.
Adapun rangkaiannya, pada Sabtu (18/09/2021) tim KANIRA (Kader Anti Intoleransi dan Radikalisme) terjun ke desa tersebut untuk melaksanakan kegiatan dialog, refleksi dan aksi gotong royong yang melibatkan berbagai elemen masyarakat setempat. Ada pendeta dari GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) dan GKI (Gereja Kristen Indonesia), Komunitas Gusdurian Jombang, dan Komunitas GENRE. Juga, ada Kholil Habsyi selaku ketua BPD, perangkat desa, mahasiswa hingga pemuda IPNU-IPPNU setempat. Total ada sekitar 60 peserta.
Narasumber yang dilibatkan adalah dosen UNESA, Iman Pasu Marganda Hadiarto Purba, S.H., M.H. Pada kesempatan itu ia memaparkan tentang toleransi dan keberagaman, serta ancaman radikalisme, intoleransi hingga cara antisipasi serta solusi konflik di tengah masyarakat. “Indonesia ini kan beragam dan ini adalah anugerah. Tugas kita bukan mempersoalkan perbedaan, tetapi sama-sama saling menghargai dan mengelola perbedaan itu menjadi kekuatan dalam membangun masyarakat dan bangsa,” ujarnya.
Gus A’an Anshori yang merupakan penggerak komunitas Gusdurian menyampaikan banyak pendapat terkait toleransi khususnya dalam lingkup beragama. “Bagiku agamaku dan bagiku kalian adalah saudaraku,” ucapnya.
Kepala Desa Sambong Dukuh, Khoirur Rozikin menyambut baik kegiatan tersebut. Ia berharap kegiatan itu bisa berlanjut ke depannya karena sangat penting dalam merawat rasa kesatuan dan persatuan masyarakat dan bangsa Indonesia. “Saya berharap, desa Sambong Dukuh bisa menjadi desa Pancasila. Karena itu kita perlu kerja sama dan terus melakukan yang terbaik ke depannya,” ucapnya.
Sementara itu, ketua Gusdurian Jombang, mengatakan bahwa semangat desa Pancasila memang harus direalisasikan dalam banyak cara. Salah satunya bisa dengan penyediaan pemakaman warga nonmuslim. Itu bisa dimulai dari peran perangkat desa yang harusnya bisa mengupayakan itu. Pihaknya berharap kegiatan tersebut tidak hanya sehari atau dua hari saja, tetapi bisa diadakan secara berkelanjutan sehingga desa Pancasila benar-benar bisa terwujud.
Kegiatan selanjutnya, pada Sabtu (18/09/2021) diadakan refleksi bersama pemuda, serta mengevaluasi toleransi di Sambong Dukuh. Hampir seluruh elemen masyarakat yang hadir menyuarakan pendapatnya masing-masing soal toleransi di desa tersebut. Pada kesempatan itu juga, berbagai komunitas sepakat untuk terus berkolaborasi untuk mewujudkan desa Pancasila.
Mereka berencana, pada Hari Kesaktian Pancasila, 01 Oktober 2021 nanti, akan mengadakan deklarasi Desa Sambong Dukuh sebagai rintisan desa Pancasila yang ditandai dengan rencana pendirian monumen Pancasila. Dalam hal itu, UNESA akan terus melakukan pendampingan lewat berbagai program untuk mewujudkan desa-desa Pancasila di berbagai daerah. [Humas UNESA]
Share It On: