www.unesa.ac.id
Pada forum yang penting ini topik yang dibahas terkait Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) dan Revolusi Industri 4.0. Dipusatkan di Auditorium Gedung D1 acara ini dihadiri oleh 300 mahasiswa angkatan 2016-2019 serta jajaran dosen dari Jurusan Fisika, Jumat (20/09).
Di hadapan ratusan mahasiswanya, Dr. Munasir., M.Pd., dalam sambutannya menjelaskan era yang sudah berubah ini, harus diimbangi dengan semangat untuk terus maju. Ia juga menjelaskan sebagai seroang mahasiswa harus terbuka dengan segala bidang keilmuan. Hal tersebut ia kemukakan karena di era percepatan teknologi dan infromasi ini harus bisa mngekondisikan situasi dalam bidang apa pun. Menurutnya STEM adalah sebuah platform pendidikan yang cocok bisa dipakai di berbagai bidang.
“Teknologi 4.0 ditandai dengan kehidupan saat ini yang sangat bergantung pada kebutuhan informasi. Tahun ini ada 5 kuliah tamu. Artinya jurusan sangat perhatian membuka wawasan selain perkuliahan di dalam kelas” Ujar Munasir.
Jurusan Fisika akan berkomitmen untuk mengundang dosen dari dalam maupun luar negeri untuk saling berdiskusi dan memperluas wawasan. “Kita bangun kualitas diri melalui diskusi untuk belajar menghadapi tantangan masa depan. Menyiapkan dan membekali diri sebanyak-banyaknya. Selain fisika harus mempelajari kompetensi lain” imbuhnya.
Sementara itu, Dr. Pujianto M.Pd dalam pemaparannya menekankan untuk para peserta yang mengikuti kuliah tamu agar mampu mengajarkan STEM kepada anak didiknya kelak. “STEM Mempersiapkan siswa untuk bertahan menjalani kehidupan terlepas dari profesi yang mereka pilih untuk diikuti. STEM juga mengajarkan siswa cara berfikir kritis dan cara memecahkan masalah keterampilan yang dapat digunakan sepanjang hayat,” Ujar Dr. Pujianto.
Menurutnya, Peningkatan Program STEM dapat menciptakan individu yang memberikan solusi baru dan keputusan yang lebih baik. “Peningkatan kemampuan sains dan matematika saja tidak cukup. Pengalaman yang berpusat pada desain, inovasi teknik dan teknologi meningkatkan kreativitas daya cipta kecerdikan dan kemampuan imajinasi,” ucap alumni yang pernah mengenyam pendidikan S3 di Unesa itu.
Dr. Pujianto juga memaparkan bahwa selama ini pemaham orang tentang STEM masih dianggap sebelah mata . “Banyak siswa tidak menerima pendidikan STEM yang cukup memadai. STEM hanya fokus di sekolah menegah kejuruan. Materi STEM tidak diajarkan setiap hari di berbagai sekolah. Dan 29% guru menyatakan bahwa mereka mengajarkan sains tanpa kurang lebih 2 hari per minggu,” pungkasnya. Setelah menerima materi tentang pentingnya STEM untuk diajarkan kepada anak didik nanti, Dr. Pujianto berharap para mahasiswa maupun dosen mampu untuk menerapkannya ketika pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. (Suryo/why)
Share It On: