Sempat kecewa karena tidak bisa mengikuti ujian tesis di bulan Juni lalu, ternyata malah mendatangkan hikmah tersendiri bagi Rani Asmara, M. Pd. Saat itu, ia memilih untuk mengikuti seleksi Guru Berprestasi tingkat nasional di Jakarta sehingga mau tak mau ia harus menunda untuk lulus pada Oktober tahun lalu. Namun, siapa yang mengira bahwa dengan mengikuti wisuda ke-82 ini, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di jenjang S-2. Perempuan yang menempuh jenjang S-1 di jurusan Biologi ini, awalnya adalah mahasiswa non kependidikan. Ia menempuh studi di prodi Biologi tahun 2000-2004. Sejak mengenyam bangku perkuliahan, perempuan kelahiran Yogyakarta ini aktif sebagai koas di beberapa praktikum, di antaranya adalah mikrobiologi dasar, fisiologi hewan, dan limnologi. Selama empat tahun berkuliah ia menjadi mahasiswa yang kritis dengan kebijakan yang berhubungan dengan akademik. Saya dulu sempat protes ketika tidak diperbolehkan untuk menambah SKS dengan mata kuliah yang seharusnya ditempuh di semester berikutnya. Namun, saya tetap bersikukuh menemui Ketua Jurusan Biologi saat itu dengan membawa buku pedoman universitas, sampai akhirnya saya diperbolehkan menambah SKS mata kuliah tersebut, ujar perempuan yang mengajar di SMA PGRI 1 Kota Mojokerto. Menjadi guru adalah suatu profesi yang belum pernah ada di benak Rani sebelumnya. Ia harus menempuh program Akta IV untuk mendapatkan sertifikat pendidik. Akhirnya sampai saat ini ia mengajar di dua tempat sekaligus, yaitu di SMA PGRI 1 Kota Mojokerto dan di SMA Al-Mutazzam Mojokerto. Kondisi dua sekolah tempat ia mengajar yang berbeda membuatnya terinspirasi untuk mengambil penelitian tentang berpikir kreatif sebagai tesisnya. Tidak hanya tempat yang berbeda, lingkungan yang berbeda menjadikan motivasi siswa untuk belajar di sekolah pun berbeda. Motivasi siswa yang kurang inilah menjadikan saya terdorong untuk membuat suatu pembelajaran yang menarik dan tidak terikat sehingga meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa, jelas ibu dua anak ini. Meskipun latar belakang pendidikannya adalah non-kependidikan, namun banyak penghargaan tingkat regional hingga nasional yang pernah ia peroleh. Mulai tahun 2012 ia menerima penghargaan sebagai Guru SMA Berprestasi tingkat Kota di Mojokerto. Tahun 2013 ia kembali menorehkan prestasi sebagai Tokoh Muda Berprestasi tingkat Kota. Tak hanya itu, di tahun yang sama ia berhasil meraih peringkat 4 tingkat nasional sebagai finalis OSN Sains Guru. Di tahun 2014 ia kembali meraih penghargaan sebagai Guru SMA Berprestasi mulai tingkat kota hingga tembus tingkat nasional. Baru-baru ini ia pun mendapat penghargaan dalam lomba Best Practice Guru di tingkat nasional. Rini mengungkapkan bahwa alumni Unesa tidak kalah dengan alumni universitas lain. Alumni Unesa bisa lebih atau paling tidak setara dengan universitas ternama lainnya. Kita tidak boleh berkecil hati. Harapan saya, sebagai guru seharusnya bisa lebih meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran dan dalam melakukan penilaian. Nah, jika kita sebagai guru sudah kreatif, paling tidak anak didik kita juga akan ketularan semangat gurunya. Sehingga mereka juga akan lebih enjoy belajarnya dan tidak merasa tertekan, tandasnya. (ulil/lina)