Dr. Akhmad Taufiq, M.Pd lahir di Desa Datinawong, Babat, Lamongan. Dibesarkan dalam sebuah tradisi pesantren yang toleran dan moderat. Pada masa kuliah S-1 di Fakultas Sastra Universitas Jember dia aktif bergelut di dunia pergerakan dan dunia sastra budaya. Di dunia pergerakan mahasiswa, yang menuntut dia banyak bergesekan dengan banyak tokoh dari berbagai macam latar belakang politik, ideologi, dan agama. Di dunia sastra dan budaya yang mendorong dia berkenalan dengan para tokoh-tokoh sastra dan budaya, baik pada tingkatan lokal, nasional, maupun kawasan Asia Tenggara. Pria yang menjadi staf pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Jember dan dipercaya menjadi Sekretaris Pusat Penelitian Budaya Jawa dan Madura Lembaga Penelitian (Lemlit) di Universitas Negeri Jember ini telah menyelesaikan studi S-3 secara maksimal dengan IPK 3,850. Disertasi yang telah mengantarkannya meraih predikat cum laude berjudul "Sastra Multikultural: Konstruksi Ideologi Kebangsaan dalam Novel Indonesia". Keunggulan penelitian yang dia lakukan yaitu: pertama, secara epistemologis dan ontologis; kedua, secara aksiologis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penyelesaian problem konflik multikultural di Indonesia. Ditanya persoalan kendala dalam menyelesaikan tesis, dia mengaku tidak ada. "Saya merasa tidak ada kendala yang cukup berarti. Kalau toh itu disebut kendala, kendala itu adalah jadwal ujian yang sempat tertunda, akan tetapi bagi saya hal itu tidak masalah. Semua itu adalah proses," tambahnya. Pria yang mendapatkan anugerah penghargaan puisi dunia NUMERA (Nusantara Melayu Raya) Malaysia 2014 ini menjelaskan, yang selalu memotivasinya adalah kedua orang tuanya, ketiga anak laki-laki dan istrinya, dan gurunya. "Guru saya di pascasarjana Unesa, khususnya Prof Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. dan Prof. Dr. Haris Supratno, yang selalu mendorong saya agar senantiasa semangat dalam menyelesaikan studi S-3 ini," jelasnya. Tak lupa dia juga berpesan kepada almamaternya agar lebih baik ke depan. "Dengan segala kerendahan hati, saya berpesan pada almamater tercinta agar lembaga ini dapat dikelola menjadi lembaga pendidikan masa depan yang menjunjung tinggi suasana akademik dan tetap mengedepankan nilai-nilai humanitas. Untuk teman sejawat S-3, tiada lain saya mengajak bersama-sama untuk tetap produktif secara akademis pasca kelulusan," pungkasnya. (Rudi)