www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Aksaranesia, aplikasi yang dikembangkan tim mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sejak 2020 mendapat sambutan baik dari sekolah. Aplikasi ini juga berhasil mengantarkan tim tersebut meraih medali perunggu Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) yang berlangsung di Universitas Negeri Surabaya pada 30 November-3 Desember 2022 lalu.
Aksaranesia merupakan aplikasi yang mewadahi program gerakan literasi sekolah. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur membaca, menulis status singkat, mengakses dan menyimpan daftar bacaan serta mempublikasikan cerita. Kemudian ada fitur eksplor yang dilengkapi dengan sumber bacaan berupa wattpad, sinta, project gutenberg, many books, books yard, dan google scholar.
Terdapat juga sekitar 200 koleksi literatur yang bisa dibaca peserta didik. Bahan bacaan yang bervariasi ini bisa memotivasi dan rasa penasaran anak dalam menyelami informasi yang ada di dalamnya. Selain itu, terdapat pula KBBI yang akan membantu siswa dalam menemukan kata-kata sulit yang terdapat dalam buku bacaan. Setiap siswa juga dapat menulis pesan singkat dan saling menanggapi dengan like atau komentar.
Aksaranesia memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya, sistem poin. Dengan kata lain, siswa akan mendapat poin ketika telah selesai membaca dan membuat sebuah karya tulisan yang diunggah di aplikasi tersebut. Sistem poin sangat membantu kinerja guru dalam memberikan nilai siswa-siswi dalam menjalankan aktivitas literasi. Kegiatan GLS pun terasa lebih modern dengan adanya aplikasi tersebut.
www.unesa.ac.id
Aplikasi ini sudah diterapkan di SMA Intensif Taruna Pembangunan (ITP) Surabaya. Pun sudah dinyatakan valid dan praktis oleh ahli dan praktisi. Sehingga bisa digunakan guru dan siswa dalam mendukung gerakan literasi sekolah.
Inovasi ini lahir dari tangan Cahyo Febri Wijaksono (S-1 Manajemen Pendidikan); Shela Dwi Widhya Sari (S-1-Manajemen Pendidikan); Achmad Adil Ma’sum (S-1-Desain Komunikasi Visual); Cyntia Putri (S-1-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia); dan Aulia Dwi Saputri (S-1-Sistem Informasi).
“Literasi di sekolah masih sangat kurang. Hal ini karena kurangnya inovasi yang memudahkan anak-anak maupun guru dalam akses bacaan, share tulisan dan sebagainya. Selain itu, kurang efektivitasnya penyelenggaraan GLS di sekolah-sekolah,” ujar Cahyo.
Achmad Adil Ma’sum mengungkapkan bahwa butuh perjuangan panjang hingga melahirkan inovasi tersebut. Salah satu tantangan mereka adalah meyakinkan sekolah sebagai pilot project. “Mitra pertama kami adalah SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya. Alasan pemilihan sekolah tersebut adalah karena bahan bacaan di perpustakaan sekolah tersebut kurang memadai sehingga proses gerakan literasi sekolah tidak bisa berjalan dengan maksimal,” ungkap Adil.
Banyak yang merasa terbantu dengan adanya aplikasi tersebut. Ke depannya mereka akan terus mengembangkan aplikasi tersebut sesuai dari masukan-masukan yang diterima. “Nantinya kami akan terus mengembangkan dan menyebarluaskan aplikasi ini ke sekolah-sekolah. Kami juga akan menambah menu-menu lain agar aplikasi ini memiliki nilai yang lebih dari sebelumnya. Mungkin dengan menambah fitur cek plagiasi,” lanjutnya. [HUMAS UNESA]
***
Penulis: Amelia
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: