Unesa.ac.id, SURABAYA - Salah satu kebiasaan orang-orang sukses yaitu membaca buku. Kebiasaan itulah yang mulai dilakukan Aisyah Al Khumaira, mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa Jerman UNESA sejak duduk di bangku sekolah menengah hingga mengantarkannya meraih beberapa prestasi dalam berbagai kompetisi tingkat nasional.
Prestasi terakhir yang dia raih yaitu tiga medali emas sekaligus dalam kompetisi sains tingkat nasional yang diadakan POSI pada Agustus-Oktober tahun lalu. Dia mencatatkan namanya sebagai sang juara dalam kategori National Science Competition (NSC) Bidang Sejarah, Posi Science Competition (PSC) Bidang Sejarah dan Indonesian Youth Science Competition (IYSC) Bidang Sejarah.
Dalam lomba tersebut, Aisyah harus bersaing dengan 7 ribu peserta dari berbagai daerah. Saat lomba, dia berhadapan dengan 75 butir soal pilihan ganda dengan ketentuan; jika benar bernilai 4, salah bernilai 1, dan kosong atau ragu-ragu bernilai 0 dengan durasi pengerjaan selama 2 jam.
Bagi peserta yang satu kali teridentifikasi melanggar aturan yang telah ditetapkan langsung didiskualifikasi. Pada kompetisi itu, Aishah mendapatkan total skor 190 kategori NSC, 210 kategori PSC, dan 200 kategori IYSC.
Sebelum ikut lomba, perempuan asal Sidoarjo itu memang sudah mempersiapkan segala sesuatu jauh-jauh hari. Dia memperkaya wawasan dan ide dengan membaca berbagai refrensi.
“Saya hanya baca buku-buku milik ayah tentang sejarah Jerman, sejarah peperangan dunia hingga sejarah kekaisaran Jepang. Selain itu baca buku sejarah dari paket LKS dari sekolah dulu, mulai dari buku sejarah dunia dan sejarah Indonesia kelas 10 sampai kelas 12,” jelasnya.
Mahasiswi yang gemar membaca Al-Qur’an itu juga kerap mengikuti workshop maupun seminar. Bahkan pernah mengikuti sekitar 10 seminar dalam 24 jam. “Kalau lagi free bukan media sosial untuk mencari pengumuman lomba, kalau ada tinggak saya siapkan bahan dan eksekusi,” ungkapnya.
Kebiasaannya mengikuti lomba sejak SMA, sebelumnya dia juga pernah mendapatkan medali perunggu bidang Geografi dalam kategori OSAK dan ISO pada kompetisi yang sama. Ke depan, yaitu terus belajar dan mengembangkan kemampuannya lewat berbagai pelatihan dan kompetisi.
“Saya ingin membanggakan orang tua dan semua. Karena saya berjalan ke arah lebih baik. Meski berat dan kadang menyiksa, tapi secara bertahap selalu ada berkah dan berbuah manis. Prinsip saya, waktu terus berjalan kita pun harus terus melangkah dan jangan berhenti. Jika tidak mampu berlari ya berjanlah. Jika tidak bisa berjalan maka merangkaklah,” ucapnya. [Humas UNESA]
Penulis: Aida
Editor: @zam*
Foto : Dokumentasi pribadi
Share It On: