Proyek Relokasi Kampus Unesa Senilai Rp 1,7 Triliun. Meski PT Brawidjaja Binangoen Nusantara (BBN) memastikan relokasi kampus terintegrasi Unesa di Lidah Wetan bisa terwujud tahun ini, toh hingga kini belum juga ada pembicaraan lebih lanjut tentang realisasi proyek "mimpi" itu. Pihak Unesa sejauh hanya sebatas menunggu janji perusahaan berkantor di Jakarta itu. Menurut Rektor Unesa Haris Supratno, perusahaan penyandang dana (PT BBN) bisa jadi saat ini masih berupaya untuk bisa mewujudkan proyek relokasi senilai Rp 1,7 triliun tersebut. Caranya, melakukan pendekatan dan terobosan ke sejumlah pihak supaya anggaran pembangunan kampus megah Unesa itu tidak terkurangi. "Tekniknya penyandang dana yang lebih mengetahui. Kami maunya, setelah gedung jadi lalu diserahkan pada kami. Jadi, sekarang masih proses," kata Haris. Dia mengungkapkan, dalam pemberian hibah murni tersebut, pihak PT BBN dan Unesa belum membuat nota kesepahaman secara detail. Sejauh ini, MoU (memorandum of understanding) baru sebatas komitmen bersama. Salah satu isinya, pembangunan gedung kampus terpadu dilakukan pihak penyandang dana bekerjasama dengan kontraktor. Yang jelas, masalah keuangan menjadi tanggungan PT BBN. Bila gedung sudah berdiri baru, diserahkan ke Unesa. "Pembangunana ini atas dasar kepercayaan," ujar Haris. Andaikan proyek relokasi Uneas tersebut tidak jadi terealisasi tahun ini, Haris mengaku pihaknya tidak merasa dirugikan. Sebab, selama ini pihaknya belum mengeluarkan kompensasi dana apapun. Kalaupun keluar dana, hanya untuk mengajukan proposal serta rencana gedung. Seperti pernah diberitakan, terhambatnya proyek relokasi kampus Unesa itu karena "sponsor" pemberi hibah menginginkan bantuan itu tidak masuk dalam perhitungan APBN. Sebab, jika masuk APBN, dana itu terkena ketentuan potongan biaya administrasi sekitar 30 persen atau senilai Rp 534 miliar. Biaya itu untuk pajak, panitia, dan laba rekanan. (may/hud) Sumber : www.jawapos.com