www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Ada banyak masukan dari berbagai kalangan untuk memperbaiki sepak bola Indonesia dalam Sarasehan Ilmu Keolahragaan yang diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Auditorium Lantai 11 Gedung Rektorat, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Selasa, 18 Oktober 2022.
Masukan-masukan itu dua di antaranya datang dari Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori) dan Paguyuban Suporter Indonesia. Prof. Dr Agus Kristiyanto, M.Pd., dari Apkori pada kesempatan itu menjelaskan bahwa warisan terbaik dari olahraga adalah persahabatan.
Ini merupakan dasar penting dalam membangun pondasi sepak bola damai. Pekerjaan rumah yang perlu dilakukan bersama adalah bagaimana seluruh stakeholder sepak bola sepenuhnya memberikan kontribusi untuk membangun dan memperkuat warisan tersebut.
Friendship, Respect dan Excellent
Dalam nilai olimpisme, ada tiga sikap yang perlu dijadikan acuan yaitu friendship atau persahabatan, respect atau rasa hormat dan excellent. Ini yang harusnya dikedepankan dalam persepakbolaan Indonesia.
Menurutnya, yang perlu dilakukan untuk menjadikan sepak bola sebagai pesta yang menggembirakan dan membahagiakan salah satunya yaitu membangun literasi fisik. Literasi fisik adalah pengetahuan dan sikap tentang persahabatan dalam olahraga dan keterampilan membangun persahabatan dalam olahraga.
“Akselerator sepak bola itu adalah persahabatan. Sepak bola menjadi indikator. Kalau sepak bola ini damai, maka cabang olahraga lainnya akan lebih mudah ditangani dan didamaikan,” tandas guru besar FKIP UNS tersebut.
www.unesa.ac.id
Memanusiakan Suporter
Ignatius Indro, Koordinator Suporter Timnas mengungkapkan bahwa sepak bola merupakan alat pemersatu bangsa. Dia mencontohkan, ketika Pilkada DKI Jakarta pada 2016-2017 lalu yang begitu panas dan di situ ada final piala AFF. Masyarakat berhenti berbicara politik dan ramai-ramai mendukung timnas.
Menurut Ignatius, pada saat pendirian wadah suporter timnas yaitu sekitar 2016, posisi suporter belum dimanusiakan atau masih menjadi objek. Karena itu, untuk memanusiakan suporter dibutuhkan payung hukum. Setelah Ignatius dan kawan-kawan suporter melakukan berbagai upaya, akhirnya suporter diakomodasi dalam UU No 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Payung hukum ini tentu untuk memberikan perlindungan, rasa aman dan nyaman untuk suporter. “Kita ingin seperti rivalitas MU dan Liverpool yang mana suporternya mulai kakek dan neneknya sampai anak cucunya hadir di dalamnya dengan rasa aman. Itu yang kita harapkan,” tandasnya.
Edukasi Akar Rumput
Dia berharap, aturan tersebut dijabarkan lewat aturan turunan di bahwanya hingga ke aspek edukasi. Edukasi ini harus sampai ke akar rumput.
“Di aturan turunan ini kita berharap bisa memaksa seluruh stakeholder termasuk perusahaan yang mengambil keuntungan dari sepak bola, salah satunya lewat CSR-nya untuk terlibat dalam kegiatan edukasi sampai ke akar rumput,” bebernya.
Edukasi tidak hanya dilakukan kepada suporter, tetapi juga kepada petugas pengamanan. Kalau belajar di liga-liga luar negeri misalnya, saat berjaga petugas menghadapnya ke penonton untuk mendeteksi hal-hal yang mencurigakan sehingga cepat diantisipasi.
Bahkan, kalau ada oknum suporter yang macam-macam misalnya itu langsung diamankan tanpa diketahui suporter lain. “Kalau di Indonesia itu beda. Petugasnya ikut menonton pertandingan. Ini realitas yang perlu diperbaiki bersama ke depan,” ucapnya.
Sebagain informasi, Sarasehan Ilmu Keolahragaan UNESA ini menghadirkan sejumlah pihak mulai Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., dari Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori), Ahmad Riyadh Ketua PSSI Jatim, Dr. Imam B Prasodjo selaku Sosiolog, Tokoh Pendidikan Karakter Prof Muchlas Samani dan Koordinator Suporter, Ignatius Indro. Pembicara ditemani Isa Ansori sebagai moderator.
Selain itu juga dihadiri Ketua KONI Jatim Muhammad Nabil dan jajarannya, Dispora Jatim, jajaran TNI dan Polri, dosen dan praktisi olahraga, mahasiswa dan sejumlah pihak lainnya. [HUMAS UNESA]
Share It On: