www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Jurusan Bahasa dan Sastra Mandarin, Fakultas Bahasa dan Seni UNESA bekerja sama dengan Confucius Institutes menyelenggarakan Webinar Confucius Institutes: Bahasa Mandarin sebagai Bahasa Global di Dunia Industri pada Kamis, 21 Oktober 2021.
Dalam sambutannya, Catur Suprianto, M.kes., P.hD., Kepala Pusat Bahasa Mandarin UNESA mengungkapan tujuan dari diselenggarakannya webinar ini untuk membawa akademisi, praktisi dan pemerhati bahasa Mandarin untuk berdiskusi terkait berbagai pengalaman untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan berwawasan global.
“Bahasa Mandarin sebagai Bahasa Global di Dunia Industri” yang diusung dalam kegiatan tersebut berkaitan dengan misi Confucius Institutes untuk mendukung perekonomian dan fungsi penting untuk menyediakan rencana dan struktur yang terukur untuk pendidikan bahasa Mandarin yang berkualitas dan responsif dan berwawasan global.
Dr. Xiao Renfei selaku Direktur Pusat Bahasa Mandarin UNESA mengungkapkan bahwa tema yang diangkat dalam webinar ini merupakan pilihan yang tepat dan sesuai tuntutan akhir-akhir ini. “Ini merupakan langkah awal yang bagus dalam memulai kelas bahasa Mandarin,” tuturnya.
Dr. Sujarwanto, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama mengungkapkan bahwa pendidikan menjadi salah satu upaya untuk mengejar ketertinggalan dan juga berperan dalam kemajuan pola pikir. Dengan pendidikan, orang bisa berkomunikasi tanpa batas, terutama bisa menguasai bahasa asing. Bahasa asing menjadi kunci dalam menguasai berbagai hal yang dibutuhkan masyarakat, utamanya lihai dalam komunikasi. Khususnya di dunia industri, bahasa asing sangat diperlukan, salah satunya adalah bahasa Mandarin.
Webinar yang dimoderatori Fitria Indah itu dihadiri tiga pemateri; Yaya Sutarya, M.Pd., Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi KBRI Beijing, Prof. Dr (H.C) Dahlan Iskan dan Akir Saputra, S.T sebagai enterpreneur owner Angkasa Grup. Dalam pemateri pertama, Yayan Sutaryan membahas terkait pemanfaatan kerja sama pendidikan RI-RRT. Ia menjelaskan bahwa hubungan bilateral Indonesia dengan Tiongkok merupakan hubungan strategis komprehensif partnership.
Artinya kerja sama tidak hanya dilakukan dalam perpektif perdagangan. Namun, juga seluruh bagian, termasuk pendidikan dan kebudayaan. Yayan juga membahas terkait berbagai potensi baik dalam industri, pendidikan, bidang digital maupun bidang yang lain antara kedua negara. Dalam jangka waktu 5 tahun, (2020- 2024) Tiongkok memberikan 3.000 beasiswa kepada Indonesia baik jenjang untuk S-1, S-2 maupun S-3. Program CSR Perusahaan, pendidikan vokasi untuk 500 orang, dan 23 paket keahlian. Dapat dikatakan bahwa Tiongkok telah menjadi partnership bagi Indonesia dari berbagai lini, mulai dari industri hingga pendidikan.
Prof. Dr. (H.C) Dahlan Iskan selaku menteri BUMN Indonesia periode 2011-2014 membahas terkait hubungan bahasa dan ekonomi. Perlu dipahami bahwa bahasa menjadi penting berkat ekonomi. “Karena kesempatan ekonominya lebih terbuka kalau bisa berbicara bahasa Mandarin,” terangnya. Dengan demikian, kekuatan ekonomi memang menentukan penyebaran bahasa dan hal tersebut akan terus terjadi. “Kapan bahasa Mandarin bisa mendunia, ya tergantung pada kemajuan berikutnya lagi dari ekonomi tiongkok,” tambahnya.
Akir Saputra pada webinar kali ini membahas terkait pengalamannya sebagai seorang entrepreneur dan bagaimana ia mampu berada pada posisinya saat ini. Dan terakhir paparan pemateri dari Catur Supriyanto terkait tip meraih beasiswa ke negeri tirai bamboo itu. Ia mengungkapkan bahwa pendaftara program beasiswa dari CSC dibuka pada bulan januari hingga awal april.
CSC sendiri merupakan beasiswa bagi pelajar international melalui lembaga China Scholarship Council. Dari beasiswa–beasiswa yang ditawarkan ini, diharapkan mahasiswa maupun dosen dan guru bahasa Mandarin di Indonesia akan terus terpacu untuk mempelajari bahasa Mandarin sebagai bahasa global di dunia industri ke depannya. (Hasna/zam*)
Share It On: