www.unesa.ac.id
Dengan menggunakan atribut kaos putih, celana jeans lengkap dengan selendang tari dan udeng, pencatatan rekor muri ini diikuti sebanyak 2.655 peserta. Tidak hanya mahasiswa peserta juga diikuti oleh tenaga pendidik, dosen, dan juga para pimpinan selingkung universitas. tidak kalah meriah kegiatan ini disemarakkan oleh penari-penari dari berbagai sanggar di Jawa Timur.
Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., mengungkapkan bahwa hal menarik dalam tari remo ini adalah kombinasi yang dilakukan antara modernisasi dan kebudayaan. Dalam tarian ini, para peserta memakai kostum kaos putih dan celana jeans sebagai bentuk modernisasi milenial. “Tari remo adalah warisan luhur yang perlu dilestarikan, sebagai generasi milenial mari kita wujudkan cara melestarikan kebudayaaan bangsa dengan kreasi dan modernisasi,” ujarnya.
Rektor menambahkan di era saat ini keberanian dalam berinovasi dan berkreasi sangat penting namun tetap memegang erat pada pakem–pakem inti kebudayaan. Tari remo dipilih karena Tari ini merupakan tari yang digunakan untuk menyambut tamu atau tari selamat datang. Dengan memilih tari ini, diharapkan kaum milenial mengetahui dan mau belajar melestarikan budaya seperti tarian remo.
“Tradisi seperti ini sangat dibutuhkan untuk menjunjung tinggi nilai-bilai kebudyaan dan keluhuran sebagai identitas bangsa,” tambah rektor.
Pencatatan rekor muri ini bukan yang pertama kali dilakukan oleh Unesa, hal tersebut disampaikan oleh Ariyani Siregar perwakilan dari Lembaga Rekor Muri Indonesia. Sebelumnya Unesa telah berhasil mencatatkan 3 rekor muri diantaranya pantomime di kereta api dan manipulasi olahraga dengan peserta terbanyak tahun 2013 dan rekor menyanyikan lagu nasional menggunakan bahasa isyarat oleh mahasiswa terbanyak tahun 2018. (Humas Unesa)
Share It On: