www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Kain batik pada umumnya menggunakan pewarna tekstil, tetapi berbeda dengan batik yang dikembangan Irma Sussanti, dosen program Vokasi, Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Batik yang dibuatnya menggunakan pewarna tanah yang sudah diteliti dan diuji coba sejak 2012 lalu.
Batik pewarna tanah itu sudah mengantongi HAKI dan diberi nama BANESA atau Batik Tanah UNESA. Irma menjelaskan, tanah yang digunakan sebagai pewarna batik bukan sembarang tanah. Berbagai jenis tanah sudah dia teliti termasuk tanah di Pamekasan, Malang hingga Bangkalan. "Riset itu saya bukukan, tanah daerah ini jenisnya begini dan warnanya begini semua saya dokumentasikan," jelasnyya.
Dari sekian jenis tanah yang diteliti, tanah dari Bangkalan menjadi salah satu yang terbaik karena memiliki jenis warna yang menonjol saat digunakan di kain. Selain itu, dia juga sering menggunakan tanah dari Lamongan. "Jenis tanah liat tidak bisa digunakan, karena memiliki silika yang bisa menutup pori-pori kain," jelasnya.
BANESA tersebut kini sudah menghasilkan berbagai motif batik, yang mengantongi HAKI saja sudah 35 motif, belum yang lain. Produk batiknya juga rutin diperagakan dalam berbagai pameran busana maupun fashion show di Surabaya maupun di berbagai daerah lainnya. Agar produknya bisa berdampak pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), pihaknya juga bekerja sama dengan sejumlah UKM batik di Surabaya dan Probolinggo.
"Sistemnya kolaborasi yang tujuannya untuk memberdayakan teman-teman UKM sehingga usaha bisa berkelanjutan dan berdampak pada kesejahteraan UKM di berbagai daerah," ucap Irma.
Dosen Pendidikan Kesehatan Keluarga UNESA itu menceritakan, idenya itu bermula dari rasa penasarannya setelah membaca salah satu artikel tentang batik tanah. Artikel tersebut sudah lama dan dia tidak menemukan cara pembuatannya. Karena, batik yang diteliti dalam artikel tersebut sudah tidak lagi diproduksi.
Karena penasaran, dia bersama rekan-rekan dosennya melakukan penelitian berbagai jenis tanah dan diuji coba. Penelitian dan uji cobanya tidak mudah, karena harus memulai dari Nol. Tidak heran jika percobaannya banyak mengalami kegagalan. Ada jenis tanah yang warnanya bagus, tetapi saat digunakan di kain malah luntur, ada yang tidak mau menempel dan lain-lain.
Irma tidak putus asa, dia terus berusaha dan melakukan pengujian demi pengujian hingga akhirnya menemukan jenis tanah yang cocok digunakan sebagai pewarna batik. "Selain warna, daya rekatnya juga menjadi pertimbangan pemilihan tanah," paparnya.
Batik tanah memiliki sejumlah keunggulan di antaranya jenis warna yang berbeda tergantung dari jenis tanah yang digunakan. Kendati cara dan komposisi bahan yang digunakan sama, tetapi menggunakan jenis tanah yang berbeda dan di waktu yang berbeda, hasilnya tetap memiliki ciri khas dan perbedaan. Ini yang membuat BANESA limited edition.
Selain itu, kain yang dihasilkan lebih nyaman digunakan. Penggunaan warna tanah membuat kain batik menjadi lebih dingin saat dipakai. "Tanah yang menempel pada serat kain membantu penyerapan keringat. Karena itu terasa lebih nyaman di badan kendati cuaca panas," paparnya.
Berbagai produk BANESA kini bisa dilihat di galeri kampus, khususnya program Vokasi, Kampus Ketintang. Selain itu juga dipasarkan secara online di berbagai lapak jualan. "Semoga dengan inovasi ini semakin memperkaya jenis batik nusantara dan menjadi penggerak dan pemberdaya UKM," ucapnya. [HUMAS UNESA]
Penulis : Riska
Editor: @zam Alasiah*
Foto : Dokumentasi Irma Sussanti
Share It On: