Sejumlah pakar UNESA kupas tuntas nilai pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara dalam Mimbar Ilmiah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Unesa.ac.id., SURABAYA—Pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi oase di tengah tantangan moral dan karakter pendidikan masa kini. Nilai pendidikan dari sang tokoh pendidikan nasional itu dikupas dalam Mimbar Ilmiah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) pada Selasa, 21 Mei 2024.
Kegiatan yang berlangsung di Ruang Sidang Lt.1 FIP ini mengusung tema “Transformasi Nilai-nilai Ajaran Ki Hadjar Dewantara menuju Indonesia Emas” dibahas oleh sejumlah pakar pendidikan.
Salah satu pakar pendidikan UNESA, Prof. Dr. Siti Masitoh, M.Pd, Koorprodi S-2 Pendidikan Luar Biasa (PLB) mengatakan bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara selaras dengan nilai-nilai pendidikan yang diterapkan di berbagai negara dengan pendidikan terbaik di dunia seperti Finlandia, Swedia hingga New Zealand.
"Konsep pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara bukan semata pendidikan secara material, melainkan secara tersirat mengandung nilai pendidikan karakter," ujar guru besar FIP yang pernah melakukan studi banding pendidikan di beberapa negara Eropa itu.
Menurut guru besar yang akrab dengan sebutan Prof Masitoh itu, nilai pendidikan karakter dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara bisa dilihat dari berbagai aspek, salah satunya aspek sistem among.
Sistem ini didasarkan pada filosofi bahwa pendidikan harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, perhatian, dan pengawasan tanpa paksaan, sehingga anak dapat berkembang secara alami dan optimal.
"Ini adalah prinsip pendidikan karakter yang dalam konteks pemikiran Ki Hajar Dewantara disebut sebagai prinsip asah yaitu mendidik, asih yaitu kasih sayang, dan asuh yaitu mengasuh," paparnya.
Prinsip ini harus menjadi dasar dan mewarnai setiap kebijakan dan perilaku mendidik baik di rumah maupun di lembaga pendidikan. Di rumah, orang tua harus punya prinsip asah, asih, dan asuh. Pun pendidik di lembaga pendidikan.
"Guru dan orang tua berperan sebagai pengasuh yang bijaksana (among) yang membimbing, melindungi, dan memberikan teladan yang baik. Kita menjadi contoh yang positif bagi siswa, serta mendorong dan memotivasi mereka untuk belajar dengan baik," bebernya.
Selain itu, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan nilai tentang keteladanan yang perlu dihidupkan di setiap lembaga pendidikan. Konsep ini disebut juga sebagai ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memotivasi).
Dia berharap, konsep pendidikan sang tokoh pendidikan nasional tersebut menjadi nilai penting yang melekat pada kebijakan dan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Pun, dapat menjadi dasar sekaligus kompas bagi pendidikan karakter di Indonesia.
Mimbar Ilmiah yang dihadiri civitas UNESA ini juga menghadirkan pakar FIP lainnya seperti Dr. Lamijan Hadi Susarno , M.Pd; Dr. Amrozi Khamidi, S.Pd., M.Pd; Dr. Hendratno, M.Hum; Dr. Bakhrudin All Habsy, M.Pd; Dr. Hitta Alfi Muhimmah, M.Pd; Dr. Khusnul Khotimah S.Pd., M.Pd; dan Dr. Citra Fitri Kholidya S.Pd., M.Pd sebagai moderator.[]
***
Reporter: Lina, dan Fadilla/Tim Humas FIP
Editor: @zam*
Dokumentasi: Alfi/Tim Humas FIP
Share It On: