www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA--Berbagai peneliti dan praktisi di dunia ramai menyoroti perubahan iklim global yang terjadi sangat signifikan. Bahkan Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO sejak awal 2023 mengeluarkan laporan, bahwa suhu udara bumi lebih panas dari sebelumnya, menyusul adanya perubahan iklim dan El Nino.
Fenomena ini diprediksi hingga lima tahun ke depan. El Nino merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat meningkatnya suhu permukaan air di Samudra Pasifik (Tengah dan Timur) yang menyebabkan perubahan signifikan terhadap iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia.
Perubahan iklim ini merupakan persoalan serius. Menurut dosen FMIPA UNESA, Dr. Eko Hariyono, M.Pd., perlu ada komitmen dan upaya bersama seluruh pihak, baik itu organisasi di tingkat dunia, pemerintah pusat hingga daerah, termasuk perguruan tinggi dan seluruh satuan pendidikan untuk menjawabnya.
Kenaikan ‘Panas’ 12 Persen
Di Indonesia, lanjutnya, telah menjadi beberapa bencana alam yang disebabkan karena perubahan iklim yang signifikan. Dengan kata lain, perubahan iklim telah mengubah pola bencana alam, menghadirkan tantangan agak berbeda bagi wilayah-wilayah di Indonesia.
Dia melanjutkan, dalam 17 tahun terakhir beberapa parameter menunjukkan pemanasan global telah meningkat, seperti suhu yang mengalami peningkatan 12% hingga kenaikan air laut sebesar 151%.
Guna mengurangi peningkatan pemanasan global, pihaknya juga menekankan pentingnya arah baru riset dunia pendidikan yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
‘Iklim’ Masuk Sekolah dan Kampus
Selain itu, perlu langkah peningkatan kesadaran lingkungan, perubahan iklim kepada masyarakat, utamanya kepada generasi muda sejak dini. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu 'mengejawantahkan' persoalan iklim ke dalam kelas-kelas pembelajaran siswa atau mahasiswa.
Dalam penerapannya, kemampuan guru sains misalnya tidak hanya sekadar memiliki kemampuan tentang sains saja, tetapi perlu kompetensi perubahan iklim sesuai pembangunan berkelanjutan. "Guru sains harus mendorong literasi dan kesadaran siswa saat belajar sains juga ke arah kesadaran lingkungan atau perubahan iklim," ucapnya.
Secara praktis lagi, dia mendorong instansi pendidikan untuk membangun aksi sadar lingkungan menyikapi perubahan iklim. Sekolah mendorong guru dan siswa untuk memanfaatkan lahan untuk hidroponik, membangun kebiasaan mengurangi sampah atau limbah, memanfaat sampah, hingga kebiasaan menanam dan merawat pohon atau tumbuhan.
"Langkah kecil ini penting digalakkan bersama, semua pihak dan semua sekolah untuk mengatasi tantangan perubahan iklim berkepanjangan," tandasnya saat menyampaikan materi dalam International Conference of Mathematics, Science, and Education (ICoMaSEdu) yang diselenggarakan FMIPA UNESA pada Sabtu 12 Agustus 2023 lalu. [*]
***
Reporter: Muhammad Dian Purnama
Editor: @zam Alasiah*
Foto oleh Artem Podrez: https://www.pexels.com/id-id/foto/tangan-bumi-perlindungan-salinan-ruang-7048039/
Share It On: