Walaupun dipenuhi dengan jadwal padat kegiatan didalam kampus, tapi cowok yang hobi renang dan badminton ini tetap belajar dan tak mau nilai akademisnya buruk. Menyeimbangkan antara kesibukan ekstrakulikuler dan akademis di kampus memang sangat sulit, apalagi jika sudah terlena dengan keasyikan dunia ekstra di kampus. Tapi tidak untuk laki-laki asal Bojonegoro ini. Belajar jalan, kegiatan kampus juga tetap jalan. Mengatur waktu dengan sebaik mungkin adalah kunci utama yang dipegang teguh oleh wisudawan yang akrab dengan sapaan Adi ini.
Dunia S1 di Unesa selesai sudah, tapi semangat belajar Adi masih tetap membara. Ada banyak sekali impian-impian yang ingin sekali dicapai oleh wisudawan yang meraih IPK 3,79 ini. Jika ditanya tentang pengabdian seperti apa yang ingin diberikan untuk Indonesia, membuat para penyandang cacat untuk mengikuti Paralympic adalah impian yang ingin Adi abdikan. "Sebenarnya para penyandang cacat di Indonesia ini hebat-hebat terutama di dunia keolahragaan, tapi sekolah-sekolah inklusi di Indonesia masih jarang memberikan mata pelajaran Penjaskes yang benar-benar mengajak para siswanya untuk bergerak. Padahal inti dari Penjaskes adalah mengajak para siswa untuk bergerak dan berolaraga," ujar mahasiswa yang lahir tanggal 13 Maret ini. Untuk mewujudkan semua impiannya, Adi berencana untuk melanjutkan pendidikannya. Laki-laki yang tertarik dengan management sport ini sudah menghubungi kampus-kampus yang ingin dia belajar. (Chikita/KK/Humas)
Share It On: