Berpegang teguh pada sesuatu yang kita yakini kebenarannya merupakan modal ampuh dalam mengarungi kehidupan. Dengan kuatnya prinsip yang kita pegang, kita tidak mudah larut dengan lingkungan. Kita tetap mempunyai warna yang berbeda dengan lainnya, bahkan akan menjadi warna penentu bagi lingkungan sekitar. Itulah yang membuat mindset peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) terbaik di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) berbeda dengan teman-temannya. Pria kelahiran Tuban, 13 April 1991 ini memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan predikat Cumlaude. Bukan perkara mudah untuk mendapatkan predikat tersebut. Banyak kendala yang dia dapati. Kendala itu dari diri sendiri jika kita tidak bisa mengatur waktu dan menentukan skala prioritas. Sebenarnya semenjak semester 8, saya sudah tidak ada matakuliah lagi, hanya skripsi yang saya program. Namun, godaan pun datang. Saya dipanggil untuk mewakili Unesa dalam penataran wasit tingkat nasional. Dampak dari pelatihan itu, saya justru sering dipanggil menjadi wasit dan sedikit banyak imbasnya ke skripsi saya yang molor, tutur pria yang mendapatkan IPK 3.59 ini. Bagi kebanyakan mahasiswa FIK, menulis dan meneliti merupakan kegiatan yang membosankan. Namun tidak demikian dengan pria yang asli dari Desa Ngampelrejo Bancar, Tuban ini. Saya menyelesaikan skripsi dengan senang karena yang saya teliti adalah hal yang selama ini saya geluti yakni bidang pelatihan bola voli, tuturnya. Pria yang menjadi pengajar ekstrakurikuler bola voli di SMP Negeri 36 Surabaya dan SMA St. Louis 2 Surabaya ini mengangkat judul skripsi Karakteristik Serve Reception Permainan Bola Voli Pada Tim Putra Proliga 2013 di Gresik". Hasil penelitian itu diharapkan dapat menjadi refleksi bagi pemain putra dalam mengenali kelemahan dan kelebihannya terutama yang mengikuti even proliga 2013. Selesai S-1 ini, ia ingin melanjutkan studi ke jenjang S-2. Apalagi keinginan itu didukung oleh doa restu orang tua dan juga dosen-dosennya. Semoga ada peluang beasiswa yang bisa saya ambil mengingat kondisi keluarga yang kurang mampu. Saya yakin jika kita memiliki keinginan kuat pasti akan ada jalan, paparnya. Siapa dia? Dia adalah Guntur Joko Prasetyo, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan. (Rudi/Byu)