www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA--Kelas Podcast Disabilitas kembali digelar di Auditorium, Lantai 9, Fakultas Kedokteran (FK), UNESA Kampus Lidah Wetan pada Rabu, 25 Mei 2023. Kegiatan ini merupakan program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI yang bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD), Paberik Soeara Rakjat (PSR) dan Kece Media UNESA.
Program ini bagian dari upaya mengedukasi masyarakat, khususnya kelompok disabilitas tentang pentingnya literasi digital serta mendayagunakan teknologi digital untuk berkarya dan memberikan kontribusi salah satunya lewat podcast.
Kelas Podcast untuk kali keduanya di UNESA ini diikuti sekitar 80 peserta disabilitas dari berbagai daerah. Pematerinya yaitu Direktur Umum sekaligus Co-Founder PSR, Rane Hafied dan podcaster tunanetra dan trainer disabilitas, Albert Wijaya.
www.unesa.ac.id
Albert mengatakan saat ini kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan secara langsung (face to face) saja. Namun, bisa dilakukan dengan merekam konten podcast melalui platform media sosial seperti Anchor dan Spotify.
Dia menambahkan, ada dua bentuk media dalam pembuatan podcast, yakni dalam bentuk audio maupun video. “Bagi teman-teman tunanetra dapat memanfaatkan podcast audio, sedangkan bagi teman-teman tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa, bisa memanfaatkan podcast video,” ujarnya.
Dalam membuat konten, dibutuhkan keterampilan public speaking dan story telling yang memadai. Itu bisa dilatih secara perlahan, baik mandiri maupun berkelompok. Dalam membuat konten perlu diperhatikan tiga aspek penting; untuk apa, untuk siapa, dan bagaimana cara mengemas dan menyampaikannya.
"Saat menyampaikan informasi kepada audiens, kita perlu intonasi (nada suara) dan artikulasi (kejelasan pengucapan). Ini bisa dilatih. Saya yakin teman-teman disabilitas bisa berpublic speaking dimanapun dan dalam bentuk apapun," ujarnya.
Rane Hafied , melanjutkan, hal terberat dalam pembuatan podcast bukan dalam aspek teknisnya, tetapi lebih pada kemampuan membuat konten. Ini dapat dibuktikan pada kelas-kelas sebelumnya yang mana para peserta kesulitan membuat konten meskipun telah diberi pelatihan secara teknis selama 1 jam.
Dia mengaku banyak disabilitas yang masih kurang percaya diri berbicara karena merasa memiliki banyak kekurangan dari segi fisik. Sekarang merupakan waktu yang tepat buat teman-teman disabilitas memanfaatkan sosial media untuk bercerita ke luar dan mengatakan kepada dunia lewat karya.
Tidak ada alasan untuk tidak berkarya, karena banyak teknologi yang memudahkan urusan disabilitas. Kendati ada hambatan yang dirasakan misalnya oleh teman-teman tunarungu dan tunawicara memiliki kesulitan untuk menampilkan suara, tetapi ada solusinya yaitu dengan bantuan juru bahasa isyarat sebagai penerjemah.
Tips mudah membuat konten bisa dimulai dari aktivitas yang disenangi dan hal-hal positif. Bisa cerita tentang hobi, daily activities atau kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya. Teknik penyampaiannya pun bisa dilakukan sendirian (monolog) atau bersama teman (dialog). “Riset kami membuktikan sharing lewat podcast bisa membuat teman-teman disabilitas lebih terhibur dan percaya diri," ucapnya.
Kegiatan ini dihadiri tim dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, UPT Rehabilitasi Sosial Bina Lara (RSBL) Kediri, Paberik Soeara Rakjat, Siberkreasi Kominfo, dan mahasiswa disabilitas selingkung UNESA. []
***
Penulis: Fionna Ayu Shabrina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: