www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Literasi keuangan penting diajarkan sejak dini. Itu ditekankan Prof. Dr. Susanti, S.Pd., M.Si., guru besar bidang Pendidikan Ekonomi dan Keuangan saat dikukuhkan di Auditorium, Rektorat, Kampus Lidah Wetan, Surabaya, Rabu 20 September 2023.
Menurutnya, perilaku konsumtif, belanja berlebihan di luar kebutuhan yang dilakukan anak-anak muda bahkan masyarakat sekarang ini merupakan efek dari minimnya literasi keuangan. Ini juga yang menyebabkan banyak orang yang terlilit masalah keuangan.
Dia membeberkan, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar 49,68% dibandingkan tahun 2019.
Kendati meningkat, tingkat literasi keuangan tersebut masih tergolong rendah, karena setiap 100 jiwa penduduk hanya ada sekitar 49,68 orang yang memiliki pemahaman literasi keuangan yang baik.
Untuk mendorong peningkatan literasi keuangan, Prof Susanti menegaskan pentingnya memberikan edukasi literasi keuangan kepada anak, bahkan sejak usia dini. Mengingat, masalah keuangan bukan hanya soal pemahaman, tetapi juga perilaku dan butuh pembiasaan.
Edukasi ini bisa dilakukan di tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat. Khusus di lingkungan keluarga, cara mengajarkan literasi keuangan dapat dilakukan seperti mengatur jumlah uang saku anak, mengajari anak untuk menabung, mengajari anak bersedekah dan berbuat baik, mengajak anak membuat anggaran sederhana, dan mengajak anak berbelanja.
“Sering ditemukan, interaksi anak dan orang tua sangat minim akibat kesibukan orang tuanya sendiri. Cara untuk mengatasi problematika itu anak bisa diajak ngobrol terkait keuangannya saat berkumpul bersama baik itu sore atau malam hari terkait uang saku yang diberikan,” terangnya.
Walaupun sering ditemukan juga remaja yang memiliki uang saku pas-pasan, dengan literasi keuangan para remaja itu dapat mengatur keuangan yang lebih baik untuk masa yang mendatang yang menyisihkan uangnya, berapapun, meskipun kecil.
Orang tua juga bisa kerja sama antara lembaga sekolah bersama komite sekolah tentang pentingnya literasi keuangan anak. Orang tua juga perlu memberikan kesempatan kepada anak dan berpartisipasi dalam kegiatan keuangan keluarga.
Hal itu bisa dilaksanakan dalam kegiatan aktivitas rutin keluarga seperti membayar tagihan dan aktivitas yang lain. Dalam pembelajaran ekonomi dan keuangan guru dan dosen diharapkan dapat memahamkan konsep ekonomi secara konseptual kepada siswa atau mahasiswanya.
“Mengikuti perkembangan perekonomian dari berbagai media yang ada lembaga keuangan juga penting apalagi dengan kampanye literasi keuangan bersama untuk meningkatkan pengetahuan keuangan bagi masyarakat terutama anak usia dini,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Prof. Dr. Susanti, S.Pd.,M.Si., lahir di Surabaya, 25 Desember 1968. Dia tumbuh sebagai perempuan yang unggul dari yang lain. Berbagai beasiswa diperolehnya. Bahkan, ketika menempuh semester tujuh di pendidikan tinggi dipercaya menjadi asisten dosen.
Prof. Dr. Susanti mengawali karir sebagai tenaga kependidikan dan mendapatkan dukungan penuh untuk meneruskan studi S-2 Manajemen di Universitas Airlangga dengan mendapat beasiswa. Lalu, S-3 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang sembari menjadi dosen di UNESA.
Dia memiliki minat pada pendidikan dan literasi keuangan yang ditekuninya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dia sangat berharap, dengan pengetahuan keuangan yang dia berikan kepada masyarakat, dapat membuat masyarakat khususnya anak muda melek keuangan sejak dini agartidak tergoda konsumerisme.
[*]
***
Tim Reporter: Muhammad Dian Purnama/Lukman Hadi Wibowo
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: