Direktur PPIS UNESA menyampaikan orasinya terkait makna kemerdekaan dan perjuangan melawan kekerasan di hadapan mahasiswa selingkung UNESA.
Unesa.ac.id. SURABAYA--Direktorat Pencegahan dan Penanganan Isu Strategis (PPIS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) membentuk Unik Kegiatan Mahasiswa (UKM) Cakra Harmoni atau Cah UNESA yang diperkenalkan kepada civitas di Laboratorium Merdeka, Kampus 2 Lidah Wetan, Surabaya, pada Sabtu, 17 Agustus 2024.
Dalam acara bertajuk “Gema Merdeka: Panggung Inspirasi dan Ekspresi Merayakan Kemerdekaan dengan Seni dan Kata” ini, Direktur PPIS, Mutimmatul Faidah menegaskan makna kemerdekaan yang lahir dari proses perjuangan dan pengorbanan.
"Setelah 79 tahun kemerdekaan, sebagai generasi penerus bangsa tentunya harus memegang tanggung jawab besar. Kemerdekaan tidak hanya berarti bebas dari kemiskinan dan penjajahan, tetapi juga dari kekerasan," tegasnya.
Menurutnya, masih sering ditemukan tantangan besar seperti kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Sehingga perlu adanya inovasi dalam mengisi kemerdekaan ini dengan sebuah gebrakan. "Kami ingin memotret makna kemerdekaan dengan menuntaskan kekerasan seperti kekerasan seksual, intoleransi, diskriminasi, perundungan, narkoba, dan korupsi," ucapnya.
Direktur Mawal UNESA juga memberikan penguatan pentingnya kolaborasi dan komitmen bersama dalam upaya pencegahan kekerasan.
Guru besar UNESA itu menambahkan, kemerdekaan dari kekerasan perlu diperjuangkan bersama, salah satunya lewat pembentukan UKM Cah UNESA untuk memberikan wadah bagi mahasiswa dalam menangani masalah seputar kekerasan seksual secara struktural.
Melalui UKM ini, civitas akademika UNESA mendapatkan edukasi dan inspirasi untuk berperan aktif dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman dan bebas dari kekerasan.
UNESA ingin UKM ini menjadi model bagi UKM lain dalam memberikan kontribusi nyata terhadap upaya pencegahan kekerasan dan pembentukan karakter mahasiswa. Tak hanya itu, forum-forum diskusi dan kegiatan santai juga rutin diadakan melalui Cah UNESA.
"Diskusi di bawah pohon yang rindang dan santai ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang nyaman bagi mahasiswa untuk berbagi ide dan berkolaborasi," pungkasnya.
Muhamad Sholeh, Direktur Kemahasiswaan dan Alumni (Mawal) UNESA, mengingatkan peserta acara bahwa 79 tahun yang lalu, para pejuang bangsa telah mengorbankan nyawa dan harta mereka demi kemerdekaan yang kita nikmati saat ini.
Kini, tantangan bangsa dengan melawan narkoba, kekerasan, dan berbagai isu sosial lainnya yang menurutnya jauh lebih berat dibandingkan zaman dahulu.
Mahasiswa dan dosen selingkung UNESA menandatangani spanduk sebagai bentuk komitmen bersama dalam memperkuat upaya pencegahan kekerasan melalui program atau kegiatan inovatif.
Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada Direktorat PPIS atas kolaborasi yang telah terjalin dalam mendukung karya dan inovasi mahasiswa. Menurutnya semua aktivitas dan prestasi mahasiswa UNESA merupakan hasil dari upaya bersama.
"Dengan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh civitas akademika, kami yakin bahwa UNESA dapat menjadi kampus yang zero kekerasan seksual dan teladan dalam prestasi serta inovasi," tambahnya.
Acara ini dirancang untuk merayakan semangat kemerdekaan dengan memadukan seni dan orasi kebangsaan, memberikan platform bagi mahasiswa untuk mengekspresikan cinta tanah air mereka.
Agenda ini mencakup berbagai kegiatan, dimulai dengan orasi kebangsaan, penampilan puisi dan bernyanyi lagu semangat perjuangan yang membangkitkan semangat patriotisme. Pertunjukan tari gambyong juga menjadi salah satu sorotan, menampilkan keindahan seni tradisional Jawa yang memukau.
Acara ini diakhiri dengan penandatanganan komitmen yang menegaskan dukungan peserta terhadap nilai-nilai positif, dengan seruan tegas untuk menolak kekerasan, korupsi, dan narkoba, serta bertekad untuk berprestasi dengan satu suara, satu jiwa, dan satu kata.[]
*
Reporter: Mohammad Dian Purnama (FMIPA) dan Mochammad Ja'far Sodiq (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Dok Mochammad Ja'far Sodiq (FIP)
Share It On: