www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang ‘Implementasi MBKM dalam Pendidikan Vokasi’ pada Jumat (08/10/2021) di Lantai 11 Gedung Rektorat UNESA Lidah Wetan. Pada kesempatan itu, Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., P.hD., menandatangani prasasti Program Vokasi UNESA.
Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes pada kesempatan menyatakan bahwa transformasi program diploma menjadi program vokasi di UNESA merupakan strategi dalam upaya membangun keselarasan antara perguruan tinggi dengan dunia industri. “Program vokasi termasuk baru di UNESA, tetapi langkah optimalisasi membangun relavansi itu sudah gencar dilakukan, kerja sama pun semakin masif dengan berbagai stakeholder,” ujarnya.
Perkuat Link and Match
Wikan Sakarinto, menyatakan bahwa, pemerintah tengah membangun link and match antara pendidikan dan dunia usaha maupun industri. Menurutnya, UNESA merupakan perguruan tinggi yang multidimensi, satu sisi menciptakan calon guru bangsa dan di sisi lain mendorong terciptanya sumber daya manusia yang berkompeten, ahli dan terampil sesuai tuntutan dunia kerja. “UNESA selaras dengan kami (Dirjen Pendidikan Vokasi, red) dan nantinya akan sama-sama saling mendukung,” ujarnya.
Prioritas SDM
Baginya, filosofi sekaligus kunci yang harus dipegang dalam penyelenggaraan pendidikan Indonesia yakni terletak pada sumber daya manusia. Karena itu, yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah pembangunan manusianya lewat berbagai program dan kerja sama. Jika sumber daya manusia Indonesia maju, tentu infrastrukturnya juga akan ikut maju dan negera pun maju. “Infrastruktur tetap kita pentingkan, sumber daya manusianya kita prioritaskan,” tukasnya.
Dalam membangun SDM yang unggul, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi, harus memperhatikan tiga hal, yaitu, soft skill, leadership dan karakter. Bagi Wikan, kunci kesuksesan zaman ini ada pada tiga aspek itu. Karena itu, pendidikan harus menjadi wadah tempat mendidik dan melatih mahasiswa yang mampu menjadi leadership, berkarakter kuat dan punya soft skill. “IPK tinggi itu penting, tetapi jika tidak didukung dengan karakter dan soft skill juga gak akan bagus,” tandasnya.
Karakter, Soft Skill dan Leadership jadi Kunci
Saat ini, banyak komentar dari industri tentang kurangnya kemampuan soft skill mahasiswa atau lulusan yang magang atau bekerja di dunia industri. Seperti, kemampuan komunikasinya kurang, tanggung jawabnya kurang, dan kemampuan kolaborasinya pun kurang. Karenanya, pesan eks Direktur Sekolah Vokasi UGM itu, dalam pelaksanaan pendidikan saat ini, harus memprioritaskan aspek-aspek tersebut.
Dia membeberkan, salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah menerapkan sistem pembelajaran by project based learning. Mahasiswa sudah harus berhadapan dengan project yang memang standar dunia industri. Misalnya project-nya mengelas kursi. Mahasiswa melaksanakan project itu harus standar industri, tidak boleh asal jadi atau asal-asalan. “Hasilnya nanti industri akan menilai dan mengeluarkan pernyataan kepuasaan yang bisa jadi portofolio buat mahasiswa,” tuturnya.
Dosen Harus Kreatif dan Inovatif
Kemudian, cara selanjutnya adalah dosennya harus kreatif dan inovatif. Dosen harus mulai berpikir untuk menumbuhkan passion mahasiswanya. Dia menyarankan agar dosen juga kreatif meramaikan media sosial. “Dosen itu harus pintar medsos, membuat atau mengisi konten secara kreatif untuk mengedukasi dan membangkitkan motivasi mahasiswa dan masyarakat luas dalam berkreasi dan berkarya,” pesannya.
Direktur Vokasi UNESA Dr. Martadi, M.Sn menyatakan bahwa perihal diskusi tersebut akan menjadi arah sekaligus masukan bagi UNESA terhadap penyelenggaraan program vokasi ke depannya. Baginya, soft skill adalah kunci dalam mengarungi tantangan revolusi industri 4.0. Untuk mewujudkan itu semua, di UNESA tengah melakukan banyak upaya dan transformasi, termasuk kurikulum berbasis soft skill, pembelajaran model project based learning dan kolaborasi dengan dunia industri.
“Di luar itu tentu kita butuh perubahan mindset seluruh sivitas academica sehingga terciptanya sistem pendidikan dan pembelajaran yang mampu melahirkan lulusan yang matang, punya terobosan dan karya, tidak hanya mampu memenuhi tuntutan industri, tetapi juga mampu membangun dan mengembangkan dunia usaha,” tuturnya. FGD tersebut dihadiri jajaran Dirjen Pendidikan Vokasi, rektor beserta jajaran wakil rektor UNESA, para dekan dan wakil dekan selingkung UNESA, serta para kaprodi program vokasi dan mahasiswa. [Humas UNESA]
Share It On: