Orang tua punya peran penting dalam mencegah penularan HMPV pada anak. (Ilustrasi: drfuenteshernandez/pixabay.com)
Unesa.ac.id. SURABAYA—Pandemi Covid-19 telah mengajarkan banyak hal tentang pentingnya cara menjaga kesehatan dan mencegah penularan virus. Karena itu, meningkatnya penderita Human Metapneumovirus (HMPV) yang terjadi belakangan ini harus diwaspadai, tetapi jangan panik.
HMPV kerap diabaikan, meskipun dampaknya pada anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, cukup signifikan. Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unesa, dr. Fiona Paramitha, Sp.A, mengatakan, HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut.
Gejalanya memang mirip flu biasa, tetapi pada anak-anak tertentu, infeksi ini bisa berujung pada penyakit berat seperti bronkiolitis atau pneumonia.
Beberapa sumber menyebutkan, lanjutnya, virus HMPV dikhawatirkan bisa semakin menjadi ancaman bagi kesehatan, karena penularannya yang begitu cepat.
Virus ini menyerang saluran pernapasan atas maupun bawah. Anak-anak, terutama yang memiliki kondisi seperti malnutrisi atau penyakit kronis, menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampaknya.
“Pada kasus ringan, gejala HMPV hanya berupa pilek, batuk, atau demam ringan. Namun, pada kasus berat, anak bisa mengalami sesak napas, mengi, bahkan gagal napas,” jelasnya.
Virus ini juga sering ditemukan bersamaan dengan RSV (respiratory syncytial virus), dan sama-sama menjadi penyebab atas banyaknya kasus infeksi saluran pernapasan bawah pada anak-anak di Indonesia.
Penularan paling umum terjadi melalui droplet, yaitu percikan cairan dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi.
Selain itu, virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti mainan, gagang pintu, atau meja, yang kemudian tersentuh oleh mulut, hidung, atau mata anak.
Lingkungan ramai, seperti daycare, sekolah, atau rumah sakit, menjadi lokasi penyebaran yang sering terjadi. “Anak-anak di tempat ramai lebih mudah tertular, karena mereka sering berbagi mainan atau bersentuhan dengan teman-temannya,” tambahnya.
Mengenai diagnosis, HMPV memerlukan pemeriksaan khusus mengingat gejalanya mirip dengan flu atau infeksi saluran pernapasan lainnya. Pemeriksaan dengan RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction) dianggap sebagai metode paling sensitif dan spesifik untuk mendeteksi virus ini, menggunakan sampel swab nasofaring.
Selain itu, ada pula rapid antigen test, immunofluorescence assay (IFA), dan serologi, meskipun penggunaannya lebih terbatas. Menurutnya, pemeriksaan PCR tetap menjadi pilihan terbaik untuk memastikan infeksi HMPV, terutama jika gejalanya berat.
Meski belum ada vaksin atau obat spesifik untuk HMPV, pencegahan adalah kunci untuk melindungi anak-anak. Dosen kelahiran Kota Pahlawan itu menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Saat di rumah, orang tua bisa mengajarkan anak untuk mencuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik.
"Anak-anak juga perlu dibiasakan untuk menjaga kebersihan mainan dan permukaan yang sering disentuh, serta mengajarkan etika batuk yang benar," tambahnya.
Mengisolasi anggota keluarga yang sakit dan mengurangi kontak dekat dengan anak-anak juga sangat penting.
Di luar rumah, orang tua disarankan mengurangi paparan anak-anak ke tempat ramai, terutama selama musim infeksi saluran pernapasan, serta memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung imunitas mereka.
“Tidak perlu panik, tetapi jangan anggap remeh. Dengan edukasi dan langkah pencegahan yang tepat, kita bisa melindungi anak-anak dari infeksi yang berpotensi serius,” tutupnya.[*]
***
Reporter: Muhammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto/ilustrasi: drfuenteshernandez/pixabay.com
Share It On: