Tampak ruangan fermentasi tempet modern yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban udara berbasis otomatif, serta dilengkapi susunan rak dari bahan stainless steel yang food grade.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Dalam rangka mendukung produksi tempe yang lebih efisien dan berkualitas, tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengembangkan ruangan fermentasi modern yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban udara berbasis otomatif.
Teknologi ini dirancang tim PKM yang diketuai Djoko Suwito dengan anggota Rachmad Syarifuddin Hidayatullah dan Wahyu Dwi Kurniawan ini untuk memastikan proses fermentasi tempe berlangsung secara optimal, menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik dan konsisten.
Ketua tim, Djoko Suwito menjelaskan bahwa tempe merupakan produk makanan tradisional Indonesia yang kaya akan gizi, membutuhkan proses fermentasi yang presisi untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, kendala dalam mengontrol suhu dan kelembaban sering kali menyebabkan hasil produksi yang tidak merata, terutama pada skala usaha kecil dan menengah.
Karena itulah, ruangan fermentasi modern itu dirancang dengan konsumsi energi yang efisien, sehingga cocok digunakan oleh pelaku usaha kecil. "Inovasi ini adalah bentuk dukungan kami untuk memberdayakan pelaku UMKM tempe agar dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif," tambahnya.
Sistem kontrol suhu dan kelembabab udara ruangan fermentasi tempe yang dirancang tim dosen UNESA.
Ruangan fermentasi tempe memiliki spesifikasi dimensi 200 x 250 x 200 cm, pengatur suhu dan kelembaban otomatis. Invensi ini dapat memproduksi tempe dalam jumlah besar dengan kualitas dan cita rasa tempe yang baik.
Invensi ini dapat bekerja secara otomatis karena dilengkapi Electronic Control Unit (ECU) untuk mengatur dan menyesuaikan suhu antara 27-37°C. Invensi ini menggunakan burner atau pemanas untuk menaikkan suhu ruangan dan Kipas untuk menurunkan suhu ruangan fermentasi.
“Untuk mengoptimalkan kelembaban, invensi ini dilengkapi dengan sprayer yang menyemprotkan cipratan air untuk meningkatkan kelembaban dan Exhaust Fan untuk mengurangi kelembaban,” ujarnya.
Inovasi ini menggunakan daya yang rendah yang cocok digunakan pada produksi skala kecil dan menengah. Desain ruangan memiliki kapasitas yang besar dan wadah nampan yang terbuat dari stainless steel 304 yang telah terstandar sebagai food grade yang aman untuk bahan makanan dan tidak mengubah rasa dan gizi pada bahan makanan tersebut.
Tim PKM bersama pengusaha tempe di Sidoarjo.
Selain implementasi teknologi, program ini juga mencakup pelatihan pengelolaan produksi dan pemasaran berbasis digital bagi para pelaku usaha. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu meningkatkan kualitas produksi, tetapi juga memperluas akses pasar, termasuk ke pasar modern dan ekspor.
Melalui inovasi ruangan fermentasi tempe ini, para pelaku UMKM di sektor pengolahan tempe kini lebih optimis menghadapi tantangan produksi dan pemasaran. Teknologi ini diharapkan menjadi model yang dapat direplikasi di berbagai wilayah Indonesia untuk mendukung keberlanjutan salah satu warisan kuliner nusantara.
"Teknologi ini sangat membantu kami. Sebelum ada ruangan fermentasi ini, kami sering menghadapi masalah pada musim hujan atau suhu yang terlalu panas, yang memengaruhi kualitas tempe. Sekarang, hasilnya lebih konsisten dan waktu fermentasi pun lebih terukur," ujar Poniran, salah satu pengusaha tempe di Primkopti Karya Mulya Sidoarjo.[*]
***
Penulis: Tim PKM UNESA
Editor: @zam*
Foto: Tim PKM UNESA
Share It On: