www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Jurnalistik memegang peran penting dalam tumbuh dan berkembangnya demokrasi di Indonesia. Bahkan, sejak awal berdirinya bangsa Indonesia, jurnalistik punya peran strategis dalam menggelorakan semangat perlawanan rakyat sehingga bisa lepas dari penjajahan dan menjadi bangsa yang merdeka.
“Peran tersebut tentu didukung dengan fungsi jurnalistik yang dijalankan dengan hati-hati, bijaksana dan proporsional, bukan yang asal jadi, kadang tanpa konfirmasi dan juga banyak yang click bait,” ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Dr. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc dalam acara Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi oleh Tugu Media Group dan Paragon pada Senin (24/5/2021).
UNESA bersama tiga kampus lainnya, UNAIR, ITS dan UINSA menjadi patner dalam acara yang diselenggarakan secara virtual tersebut.
Menurut Emil Dardak, karena jurnalistik itu penting, pelatihan jurnalistik pun perlu diselenggarakan secara rutin. Baik mahasiswa yang minat dengan jurnalistik maupun yang tidak sekalipun akan tetap mendapat manfaat dan peserta bisa memahami bagaimana proses jurnalistik itu diproduksi dan didesiminasi.
Ia menambahkan, ada sembilan prinsip jurnalistik yang harus benar-benar diperhatikan, yakni prinsip kebenaran, loyalitas pada masyarakat, kedisiplinan melakukan verifikasi, independen, memantau kekuasaan, menampung aspirasi atau menyediakan ruang kritik serta komentar publik, relavan, proporsional dan komprehensif serta menggunakan nurani.
“Kadang beritanya faktual, tetapi ada unsur opini dari penulisnya. Padahal berita itu harus didasarkan pada fakta yang sebenarnya, bukan dugaan atau opini dan ini sangat penting dan harus diperhatikan,” tegasnya.
Saat ini, banyak sekali berita click bait yang bermunculan. Judulnya cenderung memancing dan tidak sesuai dengan isi. Selain itu, tidak memberikan informasi yang utuh. Ditambah muncul kecenderungan desain konten berita dengan sistem halaman satu, dua, tiga dan bahkan empat. Itu bisa berdampak pada fenomena pembacaan berita yang tidak tuntas, tetapi langsung disebar ke mana-mana. Akhirnya banyak yang salah paham dan keliru dalam mengambil kesimpulan.
Pria lulusan Universitas New South Wales, Australia itu berharap lewat acara tersebut mahasiswa bisa memiliki pemahaman jurnalistik serta dapat terlibat langsung dalam membangun pemahaman yang komprehensif di tengah masyarakat. “Jangan berhenti dan memahami sendiri, tetapi bangunlah dan bagikan pemahaman itu kepada yang lain, sehingga tidak gampang terprovokasi oleh informasi yang belum tentu jelas kebenarnya,” pesannya.
Suami dari Arumi Bachsin itu mengaku sering berdikusi dengan media tentang peran penting media dalam pembangunan negara dan daerah. Dia selalu menegaskan dan berpesan agar media tidak hanya dominan dalam memproduksi narasi pesimis yang bedampak pada kepercayaan diri masyarakat. Namun, juga jurnalistik dan media juga harus punya tanggung jawab moril di tengah masyarakat. “Bad news is good news kadang masih berlaku. Sehingga sering ada tendensi untuk memunculkan berita yang negatif. Pada saat itu dominan, yang rugi adalah msyarakat itu sendiri,” tukasnya.
Pria 37 tahun itu menegaskan, bahwa dengan begitu bukan berarti jurnalistik atau media tidak boleh memproduksi bad news, apalagi tidak menjalankan fungsi kritik termasuk kepada pemerintah, tetapi media juga harus memikirkan dampak pemberitaan di tengah masyarakat.
Acara tersebut diikuti oleh banyak peserta dari Unesa dan tiga kampus lainnya. Adapun sebagai pembicara yakni Nurcholis MA Basyari, pimpinan redaksi Tugujatim.id dan Dr. Aqua Dwipayana, Pakar Komunikasi dan Motivasi Nasional. (Humas Unesa)
Share It On: