![Dekan FH Unesa, Arinto Nugroho dan jajarannya; bersama Direktur Pencegahan Tindak Terorisme, Satgaswil Jawa Timur Densus 88 AT Polri, Kompol. Dani Teguh Wibowo; dan Arif Fatoni mendeklarasikan pembentukan Pusat Kajian Anti-Terorisme Unesa.](/images/foto-13-02-2025-02-18-52-4595.png)
Dekan FH Unesa, Arinto Nugroho dan jajarannya; bersama Direktur Pencegahan Tindak Terorisme, Satgaswil Jawa Timur Densus 88 AT Polri, Kompol. Dani Teguh Wibowo; dan Arif Fatoni mendeklarasikan pembentukan Pusat Kajian Anti-Terorisme Unesa.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Fakultas Hukum (FH)Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar kuliah umum pencegahan terorisme bersama Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Jawa Timur, Datasemen Khusus 88 Anti-Teror Polri di Auditorium FH, Unesa Kampus 1 Ketintang, pada Rabu, 12 Februari 2025.
Kegiatan ini dihadiri Direktur Pencegahan Tindak Terorisme, Satgaswil Jawa Timur Densus 88 AT Polri, Kompol. Dani Teguh Wibowo; dan eks narapidana teroris yaitu Arif Fatoni.
Di hadapan ratusan peserta mahasiswa dan dosen, Kompol Dani Teguh Wibowo menjelaskan mengenai upaya pencegahan radikalisme dan terorisme yang ada di lingkungan masyarakat.
Menurutnya, terorisme tidak terjadi dari proses semalam, tapi melalui rangkaian doktrin yang panjang, mulai dari intoleransi, dilanjut dengan radikalisme, dan berakhir pada tindak terorisme.
Bahaya terorisme tidak hanya menyebar melalui jalur konvensional, saat ini penyebaran paham terorisme sudah merangkap di media sosial untuk memecah opini maupun melakukan kegiatan hacking.
“Jika bisa diibaratkan, terorisme itu bagaikan bencana, bisa terjadi di mana saja, terjadi kapan saja, pelakunya bisa siapa saja dan muncul dari berbagai faktor,” ujarnya.
![Direktur Pencegahan Tindak Terorisme, Satgaswil Jawa Timur Densus 88 AT Polri, Kompol. Dani Teguh Wibowo menyampaikan materi dalam kuliah umum FH Unesa.](/images/foto-13-02-2025-02-19-30-5002.png)
Direktur Pencegahan Tindak Terorisme, Satgaswil Jawa Timur Densus 88 AT Polri, Kompol. Dani Teguh Wibowo menyampaikan materi dalam kuliah umum FH Unesa.
Karena itu, dia mengajak generasi muda untuk tidak terlalu terpengaruh dengan berbagai informasi dan propaganda yang memecah belah dan mengaduk emosi di media sosial. Namun, kritis untuk meluruskan dan meng-counter berbagai informasi tersebut.
Dia menekankan bahwa terorisme tidak terkait dengan agama, karena pada dasarnya semua agama itu mengajarkan kedamaian, cinta kasih, dan saling menghormati satu sama lain.
Pada sesi kedua, Arif Fatoni membagikan pengalamannya saat dulu terjun dalam aksi terorisme. Cara bagaimana teroris menarik masyarakat untuk ikut terlibat tidak melalui proses singkat.
Semua berawal dari ajakan kepada kegiatan kajian tetapi diselipi pikiran dan ideologi radikal, lalu penggiringan opini kepada jalan jihad dan berakhir masuk organisasi teroris.
“Terorisme berbahaya karena bersifat sporadis, serta terjadi tidak semudah menjentikkan jari, tapi berasal dari proses panjang yang bermula dari intoleran," paparnya.
![Dekan FH memberikan penghargaan kepada narasumber, eks napi teroris, Arif Fatoni yang membagikan pengalaman dan pemahaman bagaimana paham terorisme tersebar sebagai bekal bagi mahasiswa agar tidak terjerat.](/images/foto-13-02-2025-02-19-50-7075.png)
Dekan FH memberikan penghargaan kepada narasumber, eks napi teroris, Arif Fatoni yang membagikan pengalaman dan pemahaman bagaimana paham terorisme tersebar sebagai bekal bagi mahasiswa agar tidak terjerat.
Deklarasi: Pendirian Pusat Kajian Anti-terorisme Unesa
Selain kuliah umum, FH Unesa juga mendeklarasikan pendirian Pusat Kajian Anti-Terorisme Unesa. Dekan FH, Arinto Nugroho mengatakan bahwa deklarasi pendirian ini merupakan komitmen dan bentuk peran FH Unesa dalam memperkuat pencegahan terorisme.
Menurutnya, selain menanggulangi, penguatan aspek pencegahan juga harus dilakukan berbasis pada edukasi, serta kajian sistematis dan akademis.
“Selain edukasi dan penguatan melalui seminar dan kuliah umum untuk mahasiswa, pencegahan juga perlu dilakukan dalam bentuk kajian. Semoga ini bisa menjadi aksi nyata bagi kita semua dalam memerangi terorisme,” ucapnya.
Pusat kajian ini dilatarbelakangi atas maraknya penyebaran paham terorisme yang terjadi, maka ini akan menjadi wadah mitigasi aksi teror dengan berbagai kajian yang akan dilakukan.
Pusat kajian ini diperkuat oleh para ahli dan pakar dari berbagai bidang keilmuan, ada yang dari FH, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Fakultas Psikologi (FPsi), dan fakultas lainnya, sehingga nanti bisa menghasilkan kajian yang komprehensif.
Pusat kajian ini memiliki sejumlah tujuan yaitu, memperkuat kontribusi Unesa terhadap masyarakat dan negara. Selain itu, juga menjadi wadah kontribusi bagi mahasiswa dan dosen pada umumnya.[*]
***
Reporter: Andras Salmany Ramdan (Fisipol)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: