www.unesa.ac.id
Unesa.ad.id, Surabaya-Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) UNESA menggelar Halalbihalal dengan tema ‘Perkuat Silaturahmi untuk Kebersamaan dan Kemajuan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA’ pada Jumat (04/6/2021). Acara yang digelar secara hybrid itu diikuti oleh dekan, jajaran wakil dekan, ketua jurusan, ketua prodi dan civitas acemica selingkung FISH Unesa. Prof. H. Akhmad Muzakki, M.Ag., Grad.Dip,SEA., M.Phil., Ph.D hadir sebagai penceramah dalam kegiatan tersebut.
Dr. Bambang Sigit Widodo, M.Pd Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISH UNESA dalam sambutannya mengatakan bahwa halalbihalal memiliki dua makna. Pertama bisa dimaknai sebagai ajang silaturahmi. “Kita sudah lama tidak bertemu karena pandemi dan semoga saja,” harapnya.
Kedua, bisa bermakna saling memberi maaf dan saling memafkan. Menurutnya, memaafkan memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, memaafkan ternyata berdampak baik bagi kesehatan; terhindar dari depresi, stres, dan jiwa menjadi ringan. “Mungkin selama ini, ada dan banyak salah kata maupun sikap di antara kita. Karena itu pada momentum ini, semoga kita semua bisa legowo dan saling memaafkan satu sama lain untuk kemuliaan diri dan kemajuan FISH dan UNESA,” ucapnya.
Prof. Akhmad Muzakki pada kesempatan itu mengawali tausiahnya dengan berdoa bersama untuk kesembuhan Dekan FISH UNESA Dr. Totok Suyanto, M.Pd dan agar seluruh civitas academica Unesa terjaga kesehatannya. Selanjutnya ia memaparkan bahwa halalbihalal adalah jalan untuk saling memaafkan dan mendapatkan kemuliaan.
Ia menegaskan, tidak ada kemuliaah di balik perpecahan dan perselisihan. Kemulihaan hadir justru karena persatuan dan persaudaraan. Dalam bahara Arab, ada dua istilah yang sama-sama berakar dari kata khalaf lalu menjadi ikhtilaf dan khilaf. Sama-sama berarti perbedaan, tetapi berbeda proses dan orientasi. “Kalau ikhtilaf itu perbedaan yang terjadi karena proses natural, tetapi kalau perbedaan itu disengaja, terjadi karena kepentingan maka itu disebut khilaf,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Islam sangat mengapresiasi perbedaan. Islam benar-benar mengajarkan umatnya bijak menyikapi perbedaan, baik itu perbedaan ras, suku, pandangan politik, bahkan perbedaan agama sekalipun. “Kalau kita salah menyikapi perbedaan, akan berdampak buruk bagi personality kita dan berefek pada kinerja organisasi atau lembaga,” tegasnya.
Ada beberapa pesan Muhammad SAW yang perlu dicermati agar hidup bermakna, yakni tidak memutus tali silaturahmi, tidak saling membelakangi dan tidak saling membenci. Meski terjadi perbedaan pandangan atau ada perbedaan apapun, jangan sampai dua hal itu dilakukan. Karena itu, perbedaan harus dimaknai dan dikapi secara tepat, sehingga bisa menciptakan suasana kompetisi yang positif, bisa hadirkan inovasi, dan bahkan berdampak pada prestasi karena saling mengapresiasi. “Ini akan terwujud lewat sikap saling maaf dan memaafkan. Meminta maaf dan memberi maaf adalah kemuliaan dan dapat menyempurnakan kepribadian dan meringankan jiwa,” ujarnya. (Humas Unesa)
Share It On: