www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Kontingen Indonesia mengakhiri ASEAN Para Games (APG) 2022 dengan prestasi yang membanggakan. Mereka memuncaki klasemen perolehan medali dan keluar sebagai juara umum. Total ada 425 medali yang berhasil diraih. Rinciannya 175 emas, 144 perak, dan 106 perunggu.
Perolehan medali tersebut menjadi yang terbanyak bagi Indonesia sejak ASEAN Para Games dimulai pada 2001. Selain itu, atlet disabilitas Indonesia berhasil mempertahankan gelar juara yang diraih pada ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Medali yang diraih Indonesia, salah satunya disumbang oleh mahasiswa Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang turut membela kontingen Indonesia. Mahasiswa yang dimaksud adalah Tony Richardo Mantolas yang meraih 2 medali emas sekaligus dalam Blind Judo kelas J2+90 kg putra perorangan dan J1+73 kg regu.
Kemenangan tersebut merupakan yang pertama baginya. Bahkan ia pun tidak menyangka bakal bisa mempersembahkan dua medali sekaligus untuk Indonesia.
“Pokoknya saya gak mikir yang lain. Benar-benar fokus latihan rutin dari Maret-Juli 2022. Dan hasilnya di luar dugaan. Capaian ini tentu berkat doa, kerja keras, usaha dan dukungan semua pihak terutama dosen pembimbing yang selalu mendukung selama proses latihan,” ujarnya.
Pejudo asal Denpasar ini mengatakan bahwa di balik medali ada tenaga dan keringat yang terus mengalir. Setiap hari ia konsisten berlatih baik fisik maupun teknik. Setiap pagi menempa diri dengan lari, push-up dan berbagai latihan fisik lainnya.
Tantangan selama latihan selain fisik juga manajemen waktu sebagai atlet sekaligus sebagai mahasiswa. “Dosen-dosen di kampus selalu mendukung dan mensupport kami sebagai atlet. Saya selalu berkomunikasi dengan dosen pengampu mata kuliah jika ada kendala dalam perkuliahan. Biasanya saya juga sering cicil tugas di waktu luang dan setelah itu bisa fokus latihan untuk persiapan pertandingan,” ceritanya.
Pada kesempatan itu, Tony menyampaikan terima kasih kepada UNESA yang memberikan ruang untuk terus mengembangkan diri dan meraih prestasi. “Terima kasih yang tak terhingga untuk UNESA dan orang-orangnya yang hebat,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Olahraga (FIO), UNESA, Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes. menyampaikan rasa haru sekaligus bangga atas pencapaian mahasiswanya itu. Menurutnya, capaian Indonesia dan mahasiswanya itu menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah hambatan dalam meraih prestasi.
“Dari mas Tony dan atlet disabilitas lainnya kita belajar agar tidak gampang putus asa. Jika kita gagal di satu pintu, masih banyak pintu-pintu lain yang terbuka asal kita mau berusaha. Jadikan Tony Richardo ini sebagai contoh, ia gagal bergabung di PON tapi akhirnya ia mampu memperoleh 2 medali emas di ASEAN Para Games 2022,” bebernya.
Pelatih sekaligus Humas NPCI itu menambahkan, mahasiswanya itu mengalami low vision atau gangguan penglihatan yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan dan tidak dapat diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, atau pembedahan.
“Sebelumnya memang atlet biasa. Namun belakangan penglihatannya turun drastis. Akhirnya ia masuk membela kontingen Indonesia di APG 2022,” ucapnya.
Dia berharap, perjuangan atletnya itu bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa UNESA lainnya dan atlet-atlet Indonesia pada umumnya. “Tidak ada prestasi yang didapat secara gratis. Semua perlu dibayar dengan kerja keras dan konsistensi. Mentalitas para juara harus terus dirawat dan dilestarikan. Kita harus buktikan pada dunia bahwa Indonesia bisa,” pungkasnya. [HUMAS UNESA]
Penulis: Wulida
Editor: @zam Alasiah*
Foto: DOkumentasi pribadi
Share It On: