www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA - Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan kegiatan 'Dialektika Mahasiswa' pada Sabtu, 19 Maret 2022. Tujuannya untuk mendorong mahasiswa agar bersinergi dalam melestarikan dan menginternalisasikan nilai budaya bangsa era society 5.0.
Drs. Artono, M. Hum, ketua Jurusan Pendidikan Sejarah UNESA mengatakan bahwa, era society 5.0, mahasiswa dituntut bijak dalam menyikapi kemajuan teknologi yang berkembang bersamaan dengan revolusi industri. Menurutnya, kemajuan tersebut memudahkan setiap orang untuk mencari lapangan pekerjaan hingga mengakses pendidikan tanpa harus bersusah payah keluar rumah. "Dalam dunia pendidikan tak hanya soal ilmu saja, hal lain yang juga tak kalah penting adalah keseimbangan karakter dan moral," ujarnya.
Drs. Fransiscus Xaverius Sri Sadewo, M.Si, Dosen Sosiologi UNESA menjelaskan bahwa era ini masyarakat Indonesia cenderung menonjolkan sifat membanding-bandingkan suku dan agama lain pada satu titik permasalahan (etnosentrisme) melalui media digital dan mendobrak begitu saja norma-norma yang berlaku.
Hal ini tentu bisa berimbas pada ketegangan tertentu. Sebagaimana dalam relasi substruktur-suprastruktur, budaya justru digunakan sebagai suprastruktur yang menjustifikasi mode of production dalam kehidupan bermasyarakat sehingga membentuk dua kelas tatanan sosial; kelas penguasa dan kelas buruh atau pekerja.
Sedangkan menurut Awang Dharmawan, S.I.Kom., M.A, dosen Ilmu Komunikasi UNESA, budaya mengalami perbedaan yang sangat signifikan pada era digital ini, sehingga muncul sebuah istilah trasform culture. Ada beberapa hal yang mempengaruhi trasform culture antara lain; kepentingan ekonomi yang kemudian berdampak pada kemajuan budaya suatu negara dan di dalam terdapat kepentingan politik.
Kemudian, pola hidup masyarakat zaman sekarang lebih banyak mengkonsumsi informasi dari interet, sepanjang hari bahkan setiap detik dalam kesibukan. Adanya hegemonisasi budaya membuat budaya di suatu daerah menjadi sama dan hampir tak memiliki perbedaan. Media seakan mejadi alat demasifikasi bagi penyebaran budaya, seperti budaya-budaya Eropa, Korea, Amerika, Jepang dan beberapa negara lain yang cenderung hedonisme, gaya berpakaian yang mengarah ke merk dan brand terkenal, makanan fast food yang memiliki banyak gerai seperti KFC/Mc Donalds. Budaya-budaya tersebut mejadi trend kekinian di kalangan anak muda. (Humas UNESA)
Penulis: Saputra
Editor: @zam*
Share It On: