www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Sepuluh orang dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam (Himapala) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) telah diberangkatkan pada 25 Juli 2019. Kini, kesepuluh perwakilan tersebut sudah sampai di Palu sebagai titik start kegiatan yang akan dilaksanakan. Terbagi atas dua kelompok besar yakni tim pengarungan dan tim ppm sehingga setelah mengurus perizinan kegiatan di Palu kedua kelompok ini dipecah dengan sembilan orang tim pengarungan menuju titik start pengarungan di desa Gintu, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso dan satu orang lainnya sebagai koordinator pengabdian masyarakat menuju basecamp desa Gimpu, kecamatan Kulawi Selatan, kabupaten Sigi.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa, kegiatan Dharma Tadulako ini akan terbagi atas dua kegiatan besar, yakni:
Siap Larungi dan Petakan Titik Jeram Sungai Lariang, the biggest river in Sulawesi
Sungai Lariang yang merupakan sungai terbesar di Sulawesi ini memiliki grade jeram cukup tinggi yaitu 4-5. Mengingat curah hujan yang juga cukup tinggi di daerah aliran sungai, tim pengarungan Dharma Tadulako telah mempersiapkan dengan cukup matang. Melalui berbagai latihan dan uji coba serta uji kelayakan yang telah dilaksanakan, tim pengarungan sudah mantap akan mengarungi sungai yang jeramnya memiliki panjang 60 km ini dalam lima hari kedepan.
Secara teknis, emergency exit point sudah cukup mendapatkan referensi yang tepat dibarengi dengan teknik rescue yang telah dipelajari dari bulan Februari kemarin, tim Dharma Tadulako telah memenuhi Standart Operating Sistem (SOP) yang disarankan untuk melakukan olahraga arus deras jenis rafting ini. Selanjutnya, tim juga telah mempersiapkan manajemen perbekalan yang cukup untuk mendirikan pemukiman sementara di pinggiran aliran sungai ketika tidak menemukan pemukiman warga.
Selain itu, muatan lain selain mengarungi sepanjang 60 km jeram Sungai Lariang adalah penitikan jeram sungai (marking jeram). Setiap jeram yang diarungi oleh tim pengarungan akan diberi titik koordinat sehingga dapat menjadi data referensi terbaru yang harapannya akan membantu teman-teman setingkat mahasiswa ataupun pemerintah yang hendak mengarungi sungai tersebut. Koordinat jeram akan digitalisasikan menjadi sebuah peta lengkap dengan deskripsi jeram yang ada pada koordinat tersebut.
Bawa Edukasi Mitigasi Gempa pada Anak Usia Dini di Gimpu, Sigi
Gimpu, desa kecil di kawasan Taman Nasional Lore Lindu yang sangat jarang tersentuh tangan pemerintah. Dari data yang kami kumpulkan bahkan terdapat dua sekolah dasar yang belum mendapatkan edukasi tentang mitigasi atas gempa hebat yang melandanya Desember lalu. Untuk itu, tim Pengabdian Masyarakat bekerja sama dengan kedua sekolah dasar terkait yaitu SDN 2 Gimpu dan SDN Pilimakujawa yang berada tidak jauh dari titik finish pengarungan.
Seusai pengarungan dilaksanakan, kesepuluh tim yang berangkat akan bersama-sama mengunjungi kedua sekolah dasar yang ada di desa Gimpu dan desa Pilimakujawa. Edukasi Mitigasi Gempa ini diharapkan dapat menjadi antisipasi ketika terjadi kejadian gempa serupa sehingga para siswa/i sekolah dasar mampu menerapkannya sejak dini.
Tak Cukup dengan Edukasi Mitigasi Gempa, Tim Dharma Tadulako kenalkan Gerakan Literasi Sekolah dan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Berbicara tentang kawasan di luar pulau Jawa, masih banyak yang kurang sadar terhadap kebersihan. Tidak hanya kebersihan lingkungan, namun bahkan kebersihan pribadi. Oleh karenanya, tim Dharma tadulako membawa sekaligus muatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat berupa selalu rajin untuk Gosok Gigi setiap pagi dan malam hari serta Cuci Tangan sebelum dan sesudah makan.
Selain kurangnya kesadaran pada kebersihan, banyak aspek lain yang masih kurang yaitu kesadaran literasi. Literasi sangat luas, tidak sebatas membawa buku dan menulis kata demi kata yang membuat siswa/i cenderung bosan. Tim Dharma Tadulako akan mengenalkan cara belajar yang lebih seru dan efektif sehingga siswa/i sekolah dasar lebih bersemangat dalam belajar. Literasi yang dikenalkan lebih pada visualisasi kekayaan imajinasi siswa/i seperti: membuat poster, menggambar, membuat origami, membuat sudut baca yang menarik, dan pembenahan perpustakaan. (why/HimapalaUnesa)
Share It On: