www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Setelah berhasil menyelesaikan kuliah di prodi Pendidikan Tata Busana, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada 2005, Ikamawati memilih melanjutkan karir sebagai desainer dan mendirikan usaha IK Fashion House. Kiprahnya tersebut membawanya sebagai salah satu perancang wardrobe juri Liga Dangdut dan Pemilihan Puteri Muslimah Indonesia.
Desainer asal kota Jombang itu mengawali karier desainer tahun 2005 dengan mendirikan usaha busana bernama IK Fashion House yang berlokasi di Perumahan Star Safira Regency Blok A1 nomor 32 Suko Sidoarjo Jawa Timur. Ketika mendirikan usaha itu, dia masih bekerja di salah satu sekolah fashion sebagai staf dan tenaga pengajar. “Saat itu, bertepatan satu tahun sebelum saya lulus dari UNESA,” terangnya.
Ikma-begitu dia disapa-mengakui bahwa berprofesi sebagai fashion desainer membutuhkan jiwa kreatif. Sebab, tanpa kreativitas akan kesulitan ketika merancang busana atau aksesoris. Selain itu, desainer tidak hanya dituntut merancang mode busana saja, tetapi juga perlu memiliki pengetahuan di antaranya, kemampuan mengobservasi tren mode dan memprediksi gaya pakaian yang diinginkan konsumen.
Selain itu, melakukan brainstorming dengan tim untuk memilih tema koleksi. Selanjutnya memilih bahan dan teknik untuk merancang pakaian atau aksesoris sesuai dengan tema yang ditentukan. “Membuat desain pakaian atau aksesoris yang dimulai dari menggambar sketsa kemudian disempurnakan dengan menggunakan program komputer,” ungkapnya.
Ikma memulai pendidikannya di TK Muslimat, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN 3 Ngoro, lalu di SMPN 2 Jombok dan di SMK Bhakti Wisata Kediri. Pada 2001, ia memutuskan kuliah di UNESA mengambil prodi Pendidikan Tata Busana.
Semasa kuliah, Ikma berusaha tepat waktu mengumpulkan tugas. Bahkan, tak jarang ia sering lembur untuk menyelesaikan tugas. Kerja keras selama proses kuliah itu dilakukan Ikma agar mampu menggapai impiannya menjadi desainer. Selain itu, ia juga ingin brand fashion yang dimiliki berkembang pesat. “Alhamdulillah, saat ini impian itu sedikit banyak sudah terwujud,” ungkap Ikma.
Perempuan kelahiran Jombang, 24 Desember 1982 itu secara tekun dan terus menerus mengembangkan karyanya. Berbagai cara ditempuh demi mengembangkan karier yang disukainya itu. Ia mulai memperbarui karya-karya desain dengan mengikuti perkembangan tren fashion dan menambah spesifikasi jasa yang dapat ditawarkan di IK Fashion House.
www.unesa.ac.id
Selain itu, secara aktif Ikma mengikuti beberapa ajang kejuaraan bidang desain dan fashion. Usaha yang dirintis Ikma, terbilang sukses. Selain memiliki butik, kini IK Fashion House juga sudah memiliki tempat workshop sendiri.
Bagi Ikma, pengalaman mengikuti ajang kompetisi desain dan fashion sangat berpengaruh pada karir desainnya. “Kami kerap mengikuti berbagai ajang fashion show seperti di Royal Plaza, Ciputra World, City of Tomorrow, dan lainnya,” ungkapnya.
Ikma meyakini bahwa di balik kesuksesan tentu ada perjuangan yang maksimal dan prinsip yang harus dipegang teguh. Kunci kesuksesan, terang Ikma, salah satunya harus disiplin waktu, jujur, menjaga kualitas dan attitude. Motivasi Ikma dari awal adalah bekerja keras untuk membuat orang tua bangga. “Untuk menuju kesuksesan kita harus bekerja keras, disiplin waktu, sesuai deadline, dan menjaga kualitas,” paparnya.
IK Fashion House yang dia dirikan sudah menjuarai berbagai kompetisi. Pernah meraih juara 1 ajang Breast Cancer Awareness, finalis kompetisi Lux Model 2006, juara 3 Rag Dolls tahun 2010. IK Fashion House juga pernah menjalin kerja sama proyek desain cukup bergengsi salah satunya stasiun swasta Indosiar untuk wardrobe acara LIDA. Selain itu, ia juga pernah merancang busana untuk juri Tina Musa dari Malaysia, penyanyi dangdut Rita Sugiarto, dan wardrobe pemilihan Putri Muslimah Indonesia.
Bagi Ikma, desain yang bagus memiliki ciri khas dari desain yang dirancang. Ciri khas itu perlu dimunculkan agar karya memiliki keunikan dan kesan. Sebagai pengusaha bidang desainer, Ikma tentu sangat berharap usahanya IK Fashion House dapat semakin maju dan dicintai banyak orang. “Bagi saya, apresiasi karya desain adalah ketika orang bangga mengenakan baju yang dirancang,” pungkasnya. [HUMAS UNESA]
***
Penulis: Fibrina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Ikamawati
Share It On: