Yuni mulai kuliah di Unesa pada Juli 2010. Ia memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris karena melalui jalur PMDK karena memiliki beberapa sertifikat lomba Bahasa Inggris. Ia pun bersyukur dengan jurusan keguruan yang dipilihnya itu karena berpeluang besar menjadi seorang pendidik.
“Dengan profesi sebagai pendidik, saya bisa ikut berperan mencerdaskan anak bangsa baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun moral,” jelasnya.Yuni mengaku memiliki banyak pengalaman berkesan selama kuliah S1 di Unesa. Sewaktu proses mengerjakan skripsi pada awal semester 7 atau semester terakhir, ia ditimpa banyak kesibukan. Ia mendapat amanah sebagai sekretaris UKKI Unesa, mempersiapkan acara muktamar dan kegiatan-kegiatan lain, mengajar di LBB, les privat, mengajar ekstrakurikuler dan melakukan penelitian di sekolah untuk skripsinya. Kesibukan itu, membuat dirinya kelelahan dan sempat kurang tidur beberapa hari.
“Tetapi Alhamdulillah, atas pertolongan Allah juga kebaikan dosen–dosen pembimbing dan penguji skripsinya, saya bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu 1 semester saja, sehingga lulus lebih cepat yaitu dalam 7 semester,” paparnya.
Mei 2014, atau 2 bulan setelah diwisuda, Yuni mendapat email undangan dari LPDP untuk mengikuti seleksi LPDP jalur Bidikmisi Cumlaude. Awalnya, ia tidak tahu tentang LPDP karena waktu itu belum terkenal seperti sekarang. Setelah browsing dan mendapatkan informasi dari awardee LPDP, ia memutuskan mendaftar dengan kampus tujuan Monash University Australia. Pilihan ke Monash University terinspirasi dari dua dosennya yang juga alumni Monash University. “Kedua dosen tersebut sangat kompeten dalam mengajar, sehingga saya pilih kampus tersebut,” terangnya.
Akhir Juni, Yuni mendapat kabar namanya lolos seleksi akhir beasiswa LPDP yaitu interview dan Leaderless Group Discussion (LGD). Saat itu, ia sempat dilema antara 2 pilihan karena ia juga lolos seleksi program Indonesia Mengajar. Ia belum mempunyai LoA (Surat Keterangan Diterima) dan belum test IELTS sebagai persyaratan intake ke kampus Australia. Apalagi, biaya tesnya sangat mahal, hampir 3 juta. Setelah melalui beberapa pertimbangan dan mendapatkan saran dari beberapa dosen, akhirnya ia memilih LPDP dan mengundurkan diri dari Indonesia Mengajar secara baik-baik.
Yuni mulai mempersiapkan dokumen untuk daftar ke Monash University dan bersiap diri untuk ambil test IELTS. Ia sangat bersyukur memiliki dosen-dosen yang sangat baik hati yang mendukungnya sehingga bisa mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala Jurusan Prodi Bahasa Inggris Unesa kala itu, Bapak Slamet Setiawan, Bapak Ahmad Munir dan Bapak Himawan. (RUS/bersambung)
Share It On: