Kurikulum 2013 sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan profesi. Dalam pelaksanaannya, kurikulum 2013 banyak menuai pro dan kontra yang memicu pemikiran kritis dari pendidik. Terutama yang terkait dengan sistem pendidikan di Indonesia yang mengalami perubahan kurikulum dalam waktu relatif singkat. Belum meratanya sosialisasi kurikulum terbaru ini membuat Unesa sebagai kampus kependidikan menyelenggarakan perhelatan tingkat nasional yang bertajuk Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Seminar nasional yang bertema "Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Pergulatan Teks Kurikulum 2013" tersebut bertujuan untuk membuka forum bagi berbagai kalangan yang peduli dengan kurikulum pendidikan di Indonesia. Tema yang diusung dalam seminar sesuai dengan carut-marut kurikulum 2013 yang menuai berbagai spekulasi dari banyak pihak. Pergulatan teks kurikulum 2013 yang belum sempurna disosialisasikan oleh pemerintah, mau tidak mau, membuat masyarakat terutama tenaga pengajar memiliki anggapan sepaham dan tidak sepaham dengan kurikulum 2013. Seminar dalam rangka bulan bahasa yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unesa pada 20 Oktober 2013 mendatang ini mendatangkan dua pemateri ahli dalam bidang pendidikan dan kurikulum. Salah satunya adalah Prof. Dr. Mahsun, Kepala Badan Bahasa Jakarta. Satu lagi ialah guru besar Unesa Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., ahli dalam bidang kurikulum kebahasaan yang akan menjadi fokus pembahasan dalam seminar nasional ini. Peserta yang ikut andil dalam seminar ini akan mendapat majalah Widyawara yang mengalami revitalisasi pada 2013. Majalah pendidikan bahasa dan sastra serta budaya Indonesia tersebut merupakan yang pertama dan satu-satunya majalah profesi pendidik bahasa Indonesia ber-ISSN resmi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pada Senasdik inilah Widyawara akan dirilis langsung oleh Kepala Badan Bahasa Kemdikbud.(Eko/Byu)