www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA--Meski hujan mulai membasahi permukaan tanah di sebagai wilayah, suhu panas di dalam ruangan masih bikin gerah. Agar suhu ruangan terasa dingin, banyak yang menggunakan kipas angin atau AC. Penggunaan dua barang tersebut, ternyata tidak boleh terus-terusan, karena berbahaya bagi kesehatan.
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dr. Rahmantio Adi, Sp.PD., mengungkapkan bahwa penggunaan kipas angin biasanya dijadikan alternatif untuk memperbaiki suhu di ruangan khususnya kamar tidur.
“Secara ilmiah, kipas angin merupakan intervensi yang efektif untuk mengurangi risiko sudden infant death syndrome pada bayi di lingkungan tidur yang panas dan hal itu juga merupakan faktor eksternal,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, penggunaan kipas angin terus menerus dapat memberikan dampak negatif, seperti dapat mengeringkan mulut, hidung, dan tenggorokan. Hembusan angin yang dihasilkan dapat mengedarkan debu dan serbuk sari di udara.
Angin yang bercampur dengan unsur yang berbahaya dapat memicu alergi pada sebagian orang seperti hidung tersumbat. Pun oksigen yang masuk kurang, sehingga dapat menyebabkan sakit kepala.
“Kipas angin dapat meningkatkan risiko penyebaran kuman, seperti virus dan bakteri. Namun hal ini terjadi jika aliran udara pada ruangan kurang baik. Jika ventilasi baik, kipas angin sebenarnya dapat meningkatkan aliran ventilasi dan menurunkan penyebaran kuman,” terangnya.
Untuk mengurangi resiko penggunaan kipas angin, ia menyarankan untuk tidak terus menerus mengarahkan hembusan kipas ke bagian tubuh atau bisa juga menggunakan mode swing.
Hal yang serupa juga terjadi pada penggunaan pendingin udara (AC). Memang, lanjut Rahmantio Adi, AC membuat tubuh terasa lebih segar dengan kemampuan mendinginkan ruangan yang lebih optimal dibandingkan kipas angin. Namun, sirkulasi udara terbatas dan selalu sama dalam ruangan.
“Pendingin ruangan, baik kipas maupun AC memang sangat diperlukan pada kondisi suhu panas. Namun penggunaannya perlu diatur. Selain itu, perlu diseimbangi dengan olahraga teratur dan makan yang bergizi agar terhindar dari dehidrasi,” tegasnya.
Ia memberikan beberapa tips lain agar tidak merasa gerah saat tidur di malam hari. Pertama, memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan serta aman.
Kedua, memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi atau keleluasaan pribadi yang cukup, nyaman, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
Ketiga, memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan.
"Cukupkan sinar matahari pagi, lindungi makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup, bebas dari hama kering dan bebas dari debu dan kotoran,” jelasnya.
Keempat, memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir serta efisien dan hemat energi. []
***
Reporter: Muhammad Dian Purnama
Editor: @zam Alasiah*
Foto oleh murat esibatir: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-holding-fan-4355932/
Share It On: