Mendikdasmen, Abdul Mu’ti menekankan bahwa komitmen dan sinergi seluruh pemangku kepentingan termasuk perguruan tinggi adalah kunci menyiapkan SDM unggul dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia, Abdul Mu’ti menekankan peran pendidikan dalam menjawab tantangan dan mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas. Hal itu disampaikan dalam Pelantikan Pengurus Pusat IKA Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Ballroom, Shangri-La Hotel, Surabaya pada 25 Januari 2025 lalu.
Dalam pengantarnya, guru besar Ilmu Pendidikan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menuturkan bahwa, reputasi perguruan tinggi salah satunya ditentukan kualitas dan kontribusi alumninya. Karena itu pelantikan ini meneguhkan kembali posisi dan kekuatan Unesa sebagai salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Peran dan posisi Unesa menjadi bagian penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Mendikdasmen menegaskan bahwa salah satu faktor penentu mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 adalah kualitas manusianya. Visi tersebut termaktub dalam pembukaan UUD 1945; di antaranya tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Bangsa yang maju adalah bangsa yang warga negara dan generasinya cerdas. Kecerdasan setidaknya memiliki tiga fondasi yaitu aqliyah, diniyah, dan qulubiyah. Bagaimana bangsa ini bisa maju, fondasinya adalah ilmu atau knowledge,” tandasnya.
Karena itu, bagaimana menjadikan generasi bangsa ini sebagai generasi yang berilmu adalah tantangan yang harus dijawab bersama. Selain ilmu pengetahuan, hati juga menjadi kunci kemajuan bangsa.
“Hati berkaitan dengan kemampuan untuk menangkap sesuatu, kelembutan yang membentuk karakter dan kepribadian yang utama. Dari hati, manusia bisa menghasilkan karya seni, memiliki empati dan simpati yang tinggi terhadap berbagai masalah di sekitarnya,” jelasnya.
Guru Tak Tergantikan Teknologi
Mendikdasmen menuliskan harapannya kepada Pengurus Pusat IKA Unesa yang baru saja dilantik.
Dua fondasi itu saja ternyata tidak cukup. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, harus ada fondasi yang menjadi wadah bagi semuanya, yaitu fondasi agama.
Akademisi kelahiran Kudus Jawa Tengah itu mengajak para akademisi dan praktisi pendidikan untuk memperhatikan permasalahan yang terjadi seperti persoalan karakter dan mentalitas generasi muda bangsa Indonesia yang angka stres, hingga bunuh diri yang semakin tinggi.
Untuk itulah, pendidikan karakter diperlukan, anak-anak diberikan penguatan sebagai generasi yang agile bukan generasi yang angel. Penguatan generasi yang memiliki kekuatan knowledgeable, kapabel, dan humble harus dilakukan, karena itu menjadi kekuatan dalam membangun bangsa ke depan.
Arah kebijakan pendidikan ke depan harus mang-address permasalahan dengan memperkuat soft skill generasi mudanya, karena jika mengacu pada kebutuhan kompetensi global sekarang rata-rata mengutamakan soft skill ketimbang hard skill.
Soft skill yang perlu dimiliki generasi muda bangsa Indonesia tidak hanya mencakup 4C yaitu komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas, tetapi juga perlu citizenship dan karakter.
Dia menekankan juga bahwa kualitas pendidikan juga terletak pada kualitas pendidik atau gurunya. Guru tidak bisa dipisahkan dari kekuatan membanguan bangsa ke depan. Teknologi canggih bisa dikuasai, para guru juga harus menjadi bagian dari kekuatan membangun bangsa.
“Inilah menurut saya yang menjadi kontribusi besar Unesa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memajukan pendidikan di tanah air kita,” tandasnya.[*]
***
Reporter: Septiarafi Gusti Putra (FBS), dan Mochammad Ja'far Sodiq (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: