www.unesa.ac.id
unesa.ac.id-Surabaya, Setelah resmi pensiun pada 1 Februari 2018, Prof. Dr. Aminudin Kasdi, M.S., untuk pertama kalinya mengisi acara kuliah umum yang mengankat tema “Kajian Historis Munculnya Seni Bangunan Candi Bentar Pada Zaman Majapahit.” Acara ini dilakasanakan di Laboratorium Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya pada Jumat 9 Februari 2018. Kuliah umum ini dihadiri oleh ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Drs. Johanes Hanan Pamungkas, M.A., Sekertaris Jurusan yang sekaligus merangkap Kepala Laboratorium Pendidikan Sejarah, Drs. Artono, M.Hum, dosen, mahasiswa, dan para alumnus.
Dalam sambutannya, Hanan mengatakan bahwa kuliah umum dan diskusi ilmiah merupakan kegiatan yang sangat penting sebagai wadah untuk menciptakan budaya akademik di kalangan dosen maupun mahasiswa, sehingga sangat perlu untuk terus digiatkam.
“Pada tahun ini Jurusan Pendidikan Sejarah telah mengagendakan kuliah umum dan diskusi ilmiah baik ditingkat nasional maupun Internasional. Kami sudah mengagendakan untuk melakukan diskusi ilmiah di Malaysia,” jelas Hanan.
Candi bentar merupakan bangunan candi berbentuk gapura yang terbelah secara sempurna tanpa penghubung pada bagian atas dan telah ditemukan pada masa Hindu-Budha, yaitu pada masa Majapahit yang kemudian berkelanjutan pada masa Islam. “Munculnya candi bentar secara pastinya memang sulit diditeksi karna bukti arkeologisnya sudah banyak yang runtuh,” pungkas Hanan yang merupakan dosen pengampu Mata kuliah Sejarah Klasik dan Arkeologi, sekaligus Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indnesia (IAAI).
Menurut Aminudin, candi bentar yang masih teridentifikasi dengan jelas dari masa Hindu-Budha yakni Candi Wringin Lawang peninggalan masa Majapahit. Kemudian dari masa Islam gapura makam Sunan Giri, gapura makam Sendang Duwur dan gapura makam Sunan Kudus. Candi bentar pada makam Wali di Jawa Timur merupakan alkulturasi dari masa Hindu-Budha yang dibuktikan pada bentuk dan ragam hias naga merga (kijang) yang terlihat sampai saat ini.
Sumarno menambahkan bahwa fungsi candi bentar adalah sebagai gerbang masuk suatu komplek bangunan yang memiliki sakralitas tertentu. Gerbang tersebut juga dinamakan gapura yang menurut Bahasa Sanskrta berarti “jalan menuju kota, sedangkan dalam Bahasa Arab berarti ghofuro yang artinya pengampunan.
Aminudin menuturkan apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan maka makna candi bentar adalah gerbang masuk dan keluarnya manusia menuju tuhannya. Dilihat dari segi filsafat dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk memahami keberadaan dirinya, tujuannya apa dan mau kemana. Dalam Islam hal itu terumuskan dengan kalimat inna lillahi wainna ilaihi roji’unn yang artinya semua milik Allah dan dan akan kembali pada-Nya. “kesimpulannya bahwa pada diri manusia memiliki asperk ketuhanan yang nantinya akan kembali kepad Nya dengan cara atau jalan tertentu sesuai dengan yang diajarkan Nya lewat perantara para utusan (Rasul). (Inayah/why)
Share It On: