www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Program studi Sastra Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), UNESA menyelenggarakan Kuliah Praktisi dengan tema “Meningkatkan Potensi Pariwisata Jawa Timur Terkait dengan Pembelajaran Bahasa Jerman” di Auditorium T14, FBS, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Kamis 17 Mei 2023.
Syafi’ul Anam, Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kuliah praktisi merupakan salah satu program wajib dan sudah diadakan dari tahun sebelumya dengan target 6 dosen. Tahun ini prodi-prodi di FBS sudah menghadirkan sekitar 8 dosen praktisi dan ke depan akan terus diperbanyak.
Dia menambahkan, kegiatan ini terbilang spesial karena menyangkut aspek pariwisata. Tema ini tentu penting dibahas karena industri pariwisata semakin berkembang dan ini menjadi peluang baik bagi mahasiswa maupun perguruan tinggi.
“Industri pariwisata ini potensi yang sangat besar. Harapannya mahasiswa bisa menangkap peluang itu. Apalagi yang memiliki kualifikasi bahasa asing seperti Jerman, tentu ini peluang karir yang bagus. Ini sudah dibuktikan alumni kita yang hari ini menjadi narasumber," ucapnya.
Narasumber yang dimaksud yaitu Ira Marhaeni. Dia merupakan lulusan FBS yang berkarir di bidang pariwisata di Sidoarjo. Dia menjelaskan, Jawa Timur memiliki sejumlah destinasi wisata yang memesona. Letaknya yang strategi yaitu di antara Jawa Tengah dan Bali menjadi daya tarik tersendiri.
"Jatim ini kan di antara 2 dua provinsi Jateng dan Bali. Nah, kita bisa menarik wisatawan mancanegara atau wisman dari Jogja untuk ke Jawa Timur sebelum mereka pergi ke Bali. Destinasi di kita banyak, ada panorama Gunung Bromo, Air Terjun Tumpak Sewu, dan masih banyak lagi destinasi di berbagai kota dan kabupaten yang punya ciri khasnya masing-masing," paparnya.
Dia menegaskan, mahasiswa Sastra Jerman punya peran untuk memajukan pariwisata di Jawa Timur dengan menjadi bagian dari tenaga dan SDM di bidang itu baik sebagai pramuwisata atau maupun di bidang lainnya.
“Saya di sini untuk memberikan motivasi kepada adik-adik agar merencanakan karir di bidang pariwisata, karena ini juga bagian dari peluang bagus untuk karir ke depan atau bisa juga untuk meningkatkan, memperlancar kemampuan bahasa Jerman kalian dengan menjadi guide khusus,” jelasnya.
Menurutnya, wisatawan mancanegara (wisman) menjadi donatur terbesar karena dana pemasukannya yang lebih banyak. Harga tiket untuk wisman dan wisnu (wisatawan nusantara) memang dibedakan, karena Indonesia merupakan negara berkembang dengan alasan faktor daya beli untuk melestarikan bangunan serta biaya administratif dan sebagainya.
“Wisman biasanya mempunyai ketertarikan yang berbeda, kita harus memahami apa yang mereka mau dan biasanya mereka lebih menyukai budaya yang ada di daerah kunjungan tersebut daripada berfoto ria. Sebagai guide harus memahami tentang tempat tersebut dengan baik,” katanya. []
***
Penulis: Lina Lubaba
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: