www.unesa.ac.id
Dalam acara yang diselengarakan di Lantai 9 Gedung Rektorat, Kampus Lidah Wetan ini juga dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja sama, Dr. Sujarwanto, M.Pd., beserta jajaran petinggi fakultas dan jurusan selingkung Unesa.
Ada beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut, salah satunya terkait ketersediaan jumlah guru yang masih kurang yang berlatar belakang pendidikan vokasi. Mengingat besarnya potensi 10 devisa negara yang membutuhkan SDM yang berkualitas untuk menangani hal tersebut, melahirkan 10 kompetensi SMK dan PT. Vokasi-Politeknik, diantaranya di bidang kelapa sawit, pariwisata, tekstil, ekspor, migas, batu bara, TKI, elektronik, kayu hutan, karet, dan sepatu sandal.
“Guru guru yang berpotensi untuk mengajar di bidang itu masih kurang. Kita masih membutuhkan guru vokasi sebanyak 187 ribu, untuk itu perlu dorongan untuk instasni terkait lebih memaksimalkan potensi melahirkan guru vokasi,” jelas Paristiyani.
Ia juga berpesan kepada Unesa agar berfokus untuk menambah guru vokasi yang dirasa masih kurang. Menurut data yang dipaparkan, dari 422 LPTK, hanya 6 yang punya PPG Vokasi. Selain guru vokasi, Paris juga menyoroti kurangnya kompetensi guru SD yang saat ini mengajar. “Guru SD hanya lulusan D1, bagaimana mereka bisa menyelesaikan soal HOTS, bagaimana mereka mampu melakukan hal yang luar biasa,” imbuhnya.
Sama halnya dengan guru vokasi, guru SD juga masih perlu ditambah lagi sekitar 271 ribu guru SD. “Kita benar-benar kekurangan guru SD yang berkompeten. Dari 442 LPTK se Indonesia hanya 18 PPG yang menyelenggarakan PPG program PGSD. Dan dari 3,2 juta guru, yang masih tersertifikasi hanya 1,5 juta. Ini juga menjadi PR kita bersama,” pungkasnya.
Mengatasi persoalan kekurangan guru, Paris berharap agar PPG bisa tersebar merata di seluruh provinsi di Indonesia. “Kualitas guru juga berpengaruh dalam kemajuan bangsa, untuk itu persebaran PPG yang merata tiap provinsi diharapkan bisa mengatasi kekurangan dan kualitas guru,” katanya. (Suryo/why)
Share It On: