Program Pengelolaan Pembelajaran (PPP) merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh setiap mahasiswa program studi kependidikanan. Melalui matakuliah ini mahasiswa diharapkan dapat mendalami dan memantapkan kompetensinya sebagai guru bidang studi. Demikian halnya dengan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Sebagian mahasiswa angkatan 2011 PGSD Unesa saat ini sedang menempuh Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Surabaya.
Menurut Tsabbit Aqdami, mahasiswa PGSD berkata, Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilaksanakan selama satu bulan ini dirasa minim persiapan. Persiapannya sangat kurang karena dilaksanakan secara langsung setelah KKN, selain itu pembekalannya hanya dilaksanakan sehari oleh LPPM dan lagi waktunya sehari sebelum pemberangkatan KKN, tandas mahasiswi 21 tahun ini. M
Meskipun persiapan yang dirasa kurang, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Ami panggilan akrabnya untuk mengabdikan diri sebagai pendidik di SD Laboratorium Unesa. Dia berharap agar pihak jurusan PGSD Unesa lebih memperhatikan urusan administratif dengan pihak sekolah, agar tidak perlu ada pengaturan ulang waktu di tempat PPL. Menurut gadis kelahiran Surabaya itu, kesan pertamanya saat mengajar sangat menegangkan dan membuatnya menguras otak. Persiapan mengajar tidak akan selesai semalam, dan ini membutuhkan observasi lapangan, koordinasi dengan guru kelas, pembuatan perangkat pembelajaran, konsultasi dengan guru kelas dan guru pamong, lalu revisi, paparnya sambil menghela nafas panjang.
Namun, ini semua merupakan proses pembelajaran untuk memantapkan jati diri mahasiswa sebagai pendidik. Hal ini relevan dengan tujuan PPP yakni membangun landasan jati diri calon pendidik dan memantapkan kompetensi akademik kependidikan. Tidaklah heran mengapa menjadi seorang guru membutuhkan persiapan materi ajar, media dan praktik mengajar yang dituntut sempurna, menarik, dan tepat sasaran. Hal ini dilakukan semata-mata sebagai dedikasi tertinggi seorang guru untuk mencerdaskan generasi muda bangsa.
Dengan adanya penerapan K-13, mahasiswa PPL PPP tentunya membutuhkan bimbingan lebih dari dosen pendamping dan juga turut serta guru pamong agar dapat menyatukan mata pelajaran menjadi konsep pembelajaran tanpa ada pembeda seperti analogi jus atau es buah yang meski campu-campur tapi enak rasanya. Penerapan kurikulum 2013 juga menjadi tantangan tersendiri yang harus diatasi oleh mahasiswa PPP. Tantangan ini bukan menjadi momok menakutkan tetapi menjadi bahan pembelajaran untuk menguasai dan menyampaikan materi ajar sesuai dengan pendekatan scientific. Semua tantangan ini harus ditaklukkan agar mampu menjadi pendidik yang profesional, pungkasnya. (Diyanti/Byu)
Share It On: