Prof. Andun Sudijandoko dikukuhkan sebagai guru besar olahraga rekreasi dan kesehatan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Ia menyampaikan pidato pengukuhan tentang “The Preventive Efficacy of Selenium Supplements on Muscle Soreness Post Heavy Eccentric Exercise.”
Unesa.ac.id. SURABAYA—Olahraga merupakan aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran dan kesehatan baik mental maupun fisik. Karena itu, olahraga tidak sebatas kompetisi, tetapi juga mencakup olahraga rekreasi.
Guru besar olahraga rekreasi dan kesehatan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Prof. Andun Sudijandoko menekankan bahwa olahraga rekreasi tidak bisa dilepaskan dari olahraga dan merupakan ranting dari sport for all.
Olahraga rekreasi atau sport recreation merupakan aktivitas fisik berupa olahraga yang dilakukan pada waktu senggang dengan tujuan bersenang-senang, mengurangi stres, dan meningkatkan kesehatan tubuh secara santai dan tidak terburu-buru.
Berbeda dengan olahraga kompetitif yang menekankan pada pencapaian prestasi dan kemenangan, olahraga rekreasi lebih fokus pada kesenangan, kebugaran dan relaksasi.
Olahraga rekreasi pada umumnya dilakukan oleh masyarakat awam (non-atlet) yang berharap selain untuk menjaga kebugaran dan kesehatan juga mendapatkan manfaat lain, yaitu bersenang-senang, mengurangi stres dan sebagainya.
"Contoh olahraga rekreasi seperti berjalan kaki, hiking, jogging, bersepeda, maupun aktivitas olahraga lainnya yang dilakukan dengan kegembiraan," bebernya dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar di Graha Sawunggaling, UNESA Kampus II Lidah Wetan, pada 22 Desember 2024 lalu.
Wakil Ketua I Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (Kormi) Jawa Timur itu melanjutkan, olahraga rekreasi jika dilakukan dalam intensitas rendah maupun sedang (moderate) dan teratur akan memberikan dampak yang positif terhadap kebugaran dan kesehatan.
Hal ini jika dilakukan dengan intensitas yang tinggi, juga akan memberikan dampak terjadinya kerusakan otot dan inflamasi. Karena itu, dia menyarankan agar jenis olahraga yang dilakukan perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
Beberapa studi dan observasi terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga rekreasi, tidak jarang ditemukan yang mengalami DOMS (Delayed Onset Muscle Soreness) atau nyeri otot yang tertunda setelah melakukan aktivitas olahraga.
Berdasarkan kajian teori, kejadian DOMS ini erat kaitannya dengan kejadian kerusakan otot maupun inflamasi seluler, sehingga jika tidak dilakukan penanganan akan berdampak negatif bagi partisipan olahraga rekreasi (Kerusakan DNA dan Penuaan dini).
Selain penyesuaian jenis olahraga, juga diperlukan asupan nutrisi agar tidak mudah menimbulkan kerusakan otot dan inflamasi. Salah satu yang bisa dikonsumsi misalnya selenium atau suplemen dari kacang-kacangan yang di-extrak dalam bentuk kapsul.
"Ini merupakan awal dari studi dan pengembangan bidang olahraga rekreasi untuk mengurangi risiko kerusakan otot dan inflamasi pasca-olahraga," jelasnya.[*]
***
Reporter: Moch Ja’far Sodiq (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: