www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Covid-19 masih mewabah. Munculnya varian baru, Omicron di beberapa negara membuat pemerintah ekstra waspada dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan yang saat ini memasuki pembelajaran tatap muka bertahap dan terbatas.
Agar proses pendidikan tetap efektif dan aman selama pandemi, Satuan Mitigas Crisis Center (SMCC) UNESA mengadakan Webinar Internasional tentang ‘The Helat Protocols of Covid-19 Implementation in Education Community Across Countries’ pada Sabtu, 11 Desember 2021.
Ketua SMCC UNESA Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si., menyatakan bahwa webinar tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hadirnya varian baru Covid-19. Dengan kata lain sebagai upaya antisipasi agar varian baru tersebut tidak ‘mampir’ di tanah air. “Bagaimana caranya, tentu kuncinya di kesadaran dan kedisiplinan prokes setiap saat,” ujarnya.
Selain itu, juga untuk membahas upaya-upaya antisipasi yang efektif lewat berbagai pengalaman penerapan prokes di berbagai negara. Khususnya dalam dunia pendidikan. “Pastinya tiap negara memiliki solusi tersendiri dalam implementasi protokol kesehatan dan penanganan pendidikan dalam pandemi COVID-19. Semoga dari sini kita bisa temukan formula yang tepat untuk ke depannya,” tandasnya.
Webinar tersebut dihadiri para pakar lintas negara; 1) Prof. Tatyana Angelova, Ph.D. Faculty of Slavic Studies Department of Bulgarian Language Teaching Sofia University; 2) HS-Prof. Mag. Dr. Toblas Buchner dari Inclusive Education University College of Teacher Education Upper Austria; 3) Erika Mendoza, M.Sc., International School of Amsterdam;
Selain itu, 4) Vincentlus Rumawas, Design of Marine Systems, Humas Factors in Ship Sedign and Operation Norwegia; Ast. Prof. Ditto Prihadi Kususanto, Ph.D., Head of Postgraduate Studies and Research Fakulty of Social Science and Liberal Arts, UCSI University, Kuala Lumpur; Dr. Sonny Harry B. Harmadi, S.E., M.E., Kabid Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19.
Sonny Harry B Harmadi memaparkan, penanganan Covid-19 di Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Pemerintah berhasil menurunkan kasus aktif Covid-19 hingga ke minus 99 persen dalam waktu lima bulan. Itu sejalan dengan upaya pemerintah yang mendorong percepatan vaksinasi di seluruh Indonesia termasuk testing. Saat ini, penduduk yang sudah mendapat vaksin dosis 1 mencapai 145 juta. Vaksin dua sudah dilakukan sebanyak hampir mencapai 102 juta penduduk, dan vaksin dosis 3 diterima sekitar 1,3 juta penduduk.
Sementara itu, untuk testing, dalam sehari bisa mencapai 29 ribu penduduk. Dalam situasi seperti ini, termasuk barian baru yang mulai marak, berbagai negara meningkatkan penerapan prokes di berbagai pintu masuk dan keluar penduduknya. Di Indonesia, termasuk sektor pendidikan berupaya untuk terus meningkatkan prokes. “Dengan berbagai pertimbangan, pendidikan harus terus ditingkatkan kualitasnya, sementara di sisi lain prokes juga harus ditingkatkan,” ujarnya.
Perguruan tinggi harus memiliki program atau strategi kampus sehat. 1) lingkungan sosial dan fisik harus didukung perilaku hidup sehat. 2) pempimpin kampus harus punya komitmen dan aturan. 3) aktivitas akademik yang sehat. 4) mahasiswa dan para staff yang sehat. 5) Kapasitas individual dalam meningkatkan hidup sehat.
Selain itu, lanjutnya, kampus harus punya standar peringatan Covid-19 yang meliputi; 1) layanan hotline medis dan psikologi, 2) websiter kampus sehat, 3) aplikasi screening bagi warga kampus, 4) media edukasi Covid-19. “Ini beberapa hal yang harus diperhatikan perguruan tinggi dalam menerapkan prokes di kampus-kampus untuk meminimalisir penyebaran di area kampus,” tandasnya.
Erica Mendoza, menyampaikan bahwa pengalaman di negaranya saat ini, seluruh sekolah diwajibkan untuk testing COVID-19 tiap minggunya. Itu merupakan aturan pemerintah Amsterdam yang berlaku. Selain itu, juga diberikan edukasi sadar Covid-19 kepada anak-anak mulai usia 8 tahun. Diharapkan anak-anak mengenal lingkungan yang sehat dan memahami faktor penyebaran covid-19.
Cara itu, lanjutnya, ampuh menurunkan angka kasus di sana. Sikap adaptif yang disokong oleh kesadaran diri secara dini seperti memakai masker, cuci tangan, menjaga jarak maupun kesadaran untuk mengikuti program vaksinasi merupakan kunci hidup di masa new norma.
Hal yang sama juga disampaikan penanganan pencegahan tersebarnya COVID-19 di lingkungan sekolah Austria yang disampaikan Professor Toblas Buchner. Di Australia, katanya, setiap sekolah memiliki peraturan tersendiri seputar prokes. Namun, mereka tetap mengacu pada aturan umum yang ditetapkan pemerintah.
Ast. Prof. Ditto Prihadi Kususanto, juga menjelaskan tentang sikap adaptif yang harusnya dimiliki saat ini. Menurutnya, satu sisi banyak masyarakat yang tidak mau mengikuti perubahan yang ada. Seperti tidak ingin berpindah aktivitas luring ke daring ataupun sebaliknya. Jika pandemi sudah dianggap aman untuk kembali dalam pertemuan tatap muka, maka itu bisa saja dilakukan. Namun, tetap saja memperhatikan prokes sebagai upaya antisipasi. Selain itu, di saat seperti ini, antipati atau menutup diri terhadap perubahan harus dipikirkan kembali. Selama perubahan itu baik, adaptasi menjadi kunci, terutama masa pandemi ini. [Humas UNESA]
Penulis: Faizur
Editor: @zam*
Share It On: