KETINTANG-GEMA. Berangkat dari trend perkembangan sistem layanan pendidikan bagi anak-anak gifted (sebutan untuk anak cerdas istimewa), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) mengadakan seminar berskala internasional (5/12) yang membahas tentang pelayanan pendidikan untuk anak cerdas istimewa. Seminar yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ini , menghadirkan beberapa narasumber baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya Silvana Faillace (country director HKI), asisten Prof. Echo H. WU (The Hongkong Institute of Education), dan Drs. Kusmanto, M.Pd (guru SMA Negeri 3 Solo).
Mengawali diskusi panel, asisten Prof. Echo H. WU dari Hongkong ini membahas tentang pengembangan professional guru untuk anak-anak gifted yang ada di Hongkong. Dia menceritakan tentang perkembangan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang termasuk juga para gifted.
Di Hongkong, menurutnya pada tahun 2000, guru di Hongkong dipersiapkan untuk menangani anak-anak gifted secara khusus dengan metode yang khusus pula. Hal ini menjadi tantangan tersendiri pada guru, karena di dalam kelas tentunya guru akan menemukan keberagaman kemampuan belajar dan potensi yang dimiliki oleh siswa.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pendampingan pendidikan kepada anak cerdas istimewa salah satunya kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional dan lokal yang telah dimodifikasi dengan memasukan unsur pengayaan, pendalaman dan pemilihan materi essensi sehingga kurikulum dapat bersifat fleksibel dan mampu merangsang daya kreatif siswa. Kurikulum ini disebut dengan kurikulum berdiferensiasi. Guru dituntut untuk dapat melakukan rekayasan kurikulum secara cerdas sehingga memungkinkan guru dan siswa melakukan improvisasi dalam kegiatan belajar.
Selanjutnya narasumber dari SMA Negeri 3 Solo, Drs. Kusmanto, M.Pd berbagi pengalaman pembinaan program akselerasi di sekolah tempat dia mengajar. Program akselerasi merupakan salah satu program layanan pendidikan bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan yang tinggi seperti dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Siswa yang memiliki kecerdasan istimewa atau yang lebih di kenal di Indonesia adalah CIBI (Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa) baru bisa disebut CIBI jika memiliki Intelligensi Quotient (IQ) > 130 skala Wechsler.
Pria asal Solo ini membahas pelaksanaan program akselerasi SMA 3 Surakarta, mulai dari pola penjaringan calon siswa akseleran hingga program pembinaan siswa. Sehingga mengusik keingintahuan salah satu peserta seminar terkait proses pembelajaran yang menyebutkan, para akseleran dalam penyesuaian waktu pada kurikulum yaitu adanya pengurangan jam untuk mata pelajaran sosial dan penambahan jam untuk mata pelajaran MIPA.
Hal ini tentunya tidak balance dengan yang diharapkan pemerintah untuk menggalakan pendidikan karakter karena pendidikan karakter erat sekali hubungannya dengan membentuk karakter siswa dalam kehidupan sosial sehari-hari. Namun Kusmanto menjelaskan tujuan akselerasi di sekolahnya memang mengarahkan siswa dalam peningkatan pada ranah kognitif.
Pembicara terakhir yang berasal dari Columbia USA, Silvana Faillace membicarakan tentang sistem layanan pendidikan bagi anak-anak gifted di Columbia USA yaitu pendidikan inklusi. Menurutnya gifted merupakan anak-anak yang berpotensi luar biasa sehingga membutuhkan layanan khusus yang sesuai dengan bakat mereka. Menurutnya, sekolah yang menerima pelajar inklusi atau berkebutuhan khusus seharusnya mempunyai kurikulum berbeda dan metode khusus. Sebab, para siswa inklusi itu memiliki karakteristik tersendiri.
Jika tidak ada pembedaan kurikulum, sangat mungkin tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Karakteristik itu yang harus dipahami setiap sekolah. Terutama sekolah-sekolah umum yang ditunjuk untuk menampung siswa berkebutuhan khusus. Guru juga harus memiliki kompetensi khusus dalam proses pembelajaran misalnya dengan menggunakan metode pendekatan secara personal. Selain itu, siswa diajari berkreativitas dengan metode pembelajaran interaktif. Karena jika tidak mempunyai metode khusus, tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai.
Semoga acara ini dapat memberikan konstribusi positif bagi para pendidik baik kompetensi maupun pengetahuan tentang anak-anak gifted karena mereka adalah aset bangsa yang diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada negara secara signifikan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kontes Robot Istimewa
Lain di dalam, lain pula di luar. Tepatnya di Gedung Serbaguna Unesa, Kampus Ketintang Surabaya .Jika di dalam gedung para peserta yang hadir membicarakan tentang pelayanan pendidikan untuk anak gifted , maka di luar para peserta sibuk merangkai robot. Itulah bedanya, di luar gedung tersebut diselenggarakan lomba robotik tingkat pelajar nasional LFRC (Line Follower Robot Contest) 2010 kerjasama Tim Robot Unesa dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Kontes robot kali ini bisa di bilang istimewa karena para peserta merupakan anak-anak istimewa dari SLB se-Jawa Timur. Dari keterbatasan para peserta, mereka memiliki kesempatan dan potensi yang sama dalam merakit robot. Lomba yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan kerapian dalam merakit robot ini tidak membuat gentar para pesertanya misalnya Ipung dan Ali tim dari SLB Putra Harapan Bojonegoro, mereka telah mempersiapkan diri untuk berlatih merakit robot selama seminggu.
Selain penilaian dalam merakit robot, penilaian juga dilihat dari keberhasilan robot yang dirakit untuk memutari track yang telah disediakan minimal satu kali putaran. Sebagai pemenang tahun ini, juara pertama di raih oleh tim dari SLB Optimal Surabaya; juara kedua SLB Putra Mandiri Surabaya; juara ketiga SLB Putra Harapan Bojonegoro; dan juara inovasi terbaik dirah oleh SLB Tunas Mulya.
[Putri Diyanti_Humas]
Share It On: