www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id-Surabaya, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa menyelenggarakan Webinar Nasional bertema “Etnopedagogi di SD” pada Selasa (10/11).
Webinar yang dilakukan secara virtual menghadirkan empat narasumber.
Narasumber pertama adalah Dr. Wuri Wuryandari yang memaparkan konsep Etnopedagogi yang menjadi topik utama webinar kali ini. Menurutnya, Etnopedagogi merupakan aktualisasi pembelajaran yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kearifan lokal.
"Di Sekolah Dasar, hal ini perlu dilaksanakan dengan strategi belajar yang penuh inovasi agar mampu menarik minat siswa untuk mengaplikasikan kearifan lokal tersebut," paparnya.
Dengan pendekatan itu, terang Wuri, diharapkan teman-teman mahasiswa yang merupakan calon guru bagi para siswa, dapat memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal menjadi sebuah bahan pembelajaran kreatif bagi para siswa. Tujuannya, agar siswa di jenjang Sekolah Dasar ini akan memiliki pemahaman yang baik terhadap kearifan lokal di daerahnya.
"Jadi, ketika siswa menerima arus globalisasi yang begitu kuat ini, siswa tak melupakan budaya lokalnya sendiri. Kemudian untuk para Bapak dan Ibu Guru yang telah menjadi praktisi di sekolahnya diharap selalu bersiap untuk perubahan kebijakan pendidikan di SD yang menuntut untuk selalu beradaptasi," ungkapnya.
Pemateri kedua disampaikan Meilani Hartono yang merupakan Dosen dan Kaprodi di Universitas Bina Nusantara Jakarta ia menerangkan tentang konsep Etnomatematika. Etnomatematika biasanya diimplementasikan dalam bahan ajar seperti buku, modul, PPT, hingga games yang diberikan pendidik.
Meilani memberikan contoh pembelajaran yang baik bagi para siswa agar lebih mengenal budaya lokal, salah satunya ialah dengan menggunakan gambar tokoh atau permainan sesuai dengan adat setempat.
"Ini membuktikan bahwa Etnomatematika bukan sesuatu yang susah," ujarnya.
Meilani bahkan memberikan contoh lain tentang kiat sukses mengajar matematika. Hal ini akan sangat membantu bagi para pengajar baru yang masih bingung tentang pembelajaran yang baik bagi para siswa.
Materi ketiga disampaikan Dr. Suryani yang merupakan seorang Etnosain. Etnosains ini merupakan perpaduan antara budaya dan fenomena alam.
Menurut Suryani, pengintegrasian Etnosains ini ialah dengan memanfaatkan budaya masyarakat dan pengetahuan sains agar bisa ditransfer dalam pengetahuan sains ilmiah dalam pembelajaran siswa.
"Salah satu contohnya ialah daun semanggi yang merupakan ikon Surabaya," terangnya.
Suryani menambahkan, cara mengenalkan dan melestarikan daun semanggi tanpa menyentuhnya ialah dengan menjadikannya sebagai salah satu motif batik. Lalu, pada proses pencelupan kain ke dalam larutan pewarna, terjadi proses kapilaritas yang merupakan salah satu materi sains.
"Hal itu membuktikan bahwa budaya lokal dan dan pengetahuan alam/sains dapat bersatu tanpa merusak salah satunya," tandas Suryani.
Materi terakhir, yakni mengenalkan lagi terkait Kecerdasan lokal melalui Etnopedagogi, yakni Etnososial. Hal ini lebih berpusat tentang bagaimana manusia memosisikan dirinya dengan lingkungannya. Karena manusia merupakan bagian dari alam, holistik, dan keseimbangan berkelanjutan. Manusia memperlakukan alam secara mekanis dan ditempa secara tak terbatas untuk didominasi melalui rasionalisasi-instrumentalis. (Pai/sir)
Share It On: