Meski pihak Unesa menuntut kepastian kelanjutan proyek relokasi kampus terintegrasi ke kawasan Lidah, namun pihak PT Brawidjaja Binangoen Nusantara (BBN) belum mau berkomentar banyak. Perusahaan beralamat di Jakarta ini hanya mengaku kalau mereka adalah pemilik modal, bukan sponsor atau anak perusahaan pemberi hibah ke Unesa. "Perusahaan kami yang murni memiliki uang (hibah, Red). Kami bukan makelar, bukan kepanjangan tangan investor asing," kata Joko Dwitanto, yang mengaku salah satu tim PT BBN perwakilan di Jatim, kemarin (30/1). Hasil penelusuran Jawa Pos, PT BBN baru mengantongi izin dari Dinas Perindustrikan Pemprov DKI Jakarta pada 2006 lalu. Dalam surat izinnya, perusahaan ini bergerak dalam bidang konsutruksi, hasil pertanian, hasil industri (tekstil), dan industri pertambangan (batu bara). Sementara itu, pihak Unesa tetap menaruh harapan besar. Kampus masa depan itu bisa benar-benar terwujud. Sejauh ini, tim Unesa mengaku tidak ikut mengeluarkan anggaran untuk kebutuhan pembangunan kampus terintegrasi itu. Sebab, rencananya, proyek senilai Rp 1,7 triliun sepenuhnya menjadi tanggungan "sponsor". Yakni, PT BBN tersebut. Menurut Rektor Unesa Prof Haris Supatno, sebenarnya pembuatan kampus terpadu tersebut bukan proyek baru. Gagasan mendirikan pusat pendidikan termegah di Surabaya itu sudah tercetus sejak 2003-2004 silam. Kala itu, Unesa berusaha mencari "sponsor" untuk sumber pendanaan. Di antaranya, ke Islam Development Bank (IDB). Namun, upaya pencarian bantuan dari Unesa itu juga tidak ada kejelasan. Sama dengan perusahaan pemberi bantuan sekarang, PT BBN, IDB juga tidak ingin dana hibah itu masuk dalam perhitungan APBN. Sebab, jika masuk APBN, maka dana hibah itu dipotong sekitar 30 persen. "Dari IDB kala itu bantuannya disepakati sebesar Rp 450 miliar," kata Haris. Lama menunggu tidak ada kejelasan, Unesa pun terus berupaya mencari "sponsor" lain agar proyek prestisius itu bias segera terealisasi. Akhirnya, pada 2006, mereka bertemu dengan PT BBN. Perusahaan ini berani "menggarap" proyek itu. Mendapat sinyal untuk kelangsungan proyek, Unesa pun terus melakukan pendekatan pada perusahaan tersebut. Akhirnya, pihak Unesa mengirim proposal yang berisi tentang rencana besar proyek tersebut. Penyusunan proposal pengadaan proyek itu sendiri tidak membutuhkan waktu lama. Kurang dari satu bulan proposal proyek raksasa itu diajukan ke pihak pemberi bantuan. Setelah mendapat persetujuan, Unesa pun membentuk tim. "Tim berasal dari dosen-dosen Unesa," ujar Haris. Tim itulah yang kemudian membuat rincian kebutuhan anggaran untuk tiap-tiap bangunan. Sekaligus membuat master plant kampus terintegrasi secara lengkap. Termasuk Detail Enginering Desain (DED). "Semua sudah lengkap sejak dulu," tegasnya. Haris menyatakan, dalam proyek ini, PT BBN tidak mendapatkan kompensasi apapun. Dalam nota kesepahaman (MoU) hanya disebutkan bahwa perusahaan tersebut memberikan bantuan berupa hibah murni pada Unesa. Bukan berbentuk uang, melainkan bangunan gedung yang sudah jadi. "Mereka ingin memajukan pendidikan di Indonesia," katanya. Meski tidak mengeluarkan kompensasi berupa uang atau tanah dalam rencana proyek besar itu, namun pihak Unesa tetap mengeluarkan dana. Hanya, dana itu untuk keperluan pembuatan proposal, rincian anggaran, maupun rancang bangun gedung. "Ya, jumlahnya sekitar Rp 10 juta," kata Haris. Tetapi, lanjut dia, lama ditunggu-tunggu ternyata sampai sekarang kepastian kelanjutan pelaksanaan proyek tersebut belum ada. Baik dari IDB ataupun pihak PT BBN. Padahal, sampai saat ini, Unesa masih berharap paling tidak ada salah satu "sponsor" yang mewujudkan impian untuk membangun kampus terpadu. "Jika proyek itu terwujud, kampus terpadu nanti akan menjadi kampus termegah di Surabaya," ujarnya. Sebagaimana diberitakan, kabarnya, terhambatnya proyek raksasa relokasi kampus Unesa senilai Rp 1,7 triliun itu karena sponsor pemberi hibah menginginkan tidak masuk APBN. Jika masuk APBN maka dana itu akan terkena ketentuan potongan biaya administrasi sekitar 30 persen atau sekitar Rp 534 miliar. Biaya itu untuk pajak, panitia, dan laba rekanan. Pihak Unesa memang memimpikan jika proyek ini terealisasi maka bakal menjadi kampus termegah di Surabaya. Dalam rancangannya, kawasan pendidikan itu tidak hanya diisi dengan fasilitas yang berkaitan pendidikan. Berbagai fasilitas pendukung, mulai dari rumah sakit, student center, bimbingan karier dan pendidikan latihan serta guest house juga ada. Termasuk, perumahan dosen dan karyawan serta supermarket. (may/hud) Sumber : www.jawapos.com