www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA--Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan R.A. Kartini. Salah satunya bisa dengan menggelar Sarasehan dalam Jaringan (Sadaring) seperti yang dilakukan Pusat Studi Literasi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), UNESA pada 15 April 2023.
Kegiatan bertema "Literasi Majemuk dalam Sastra Menyambut Hari Kartini" ini diikuti lebih dari 800 peserta. Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni, Prof. Dr. Madlazim, M.Si., turut hadir dan membuka kegiatan tersebut. Dia mengungkapkan bahwa Pusat Studi Literasi UNESA harus terus beraksi untuk membumikan spirit literasi tidak hanya di dalam kampus, tetapi juga di masyarakat.
"Literasi tidak sekadar soal membaca atau menulis, tetapi juga berkaitan dengan mental yang ingin tahu termasuk sejarah perjalanan bangsa yang tidak lepas dari perjuangan para pahlawan salah satunya R.A. Kartini. Dulu Kartini berjuang tuntut kesetaraan dan kesetaraan pun tidak lepas dari literasi bangsa," ucapnya.
Sadaring ini dikemas dalam tiga sesi. Pada sesi pertama, sebagai narasumber, Prof. Dr. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag., Guru Besar Uinsa Surabaya membahas 'Perempuan dalam Pusaran Sastra Pesantren'. Pada sesi dua Dr. Anas Ahmadi, S.Pd., M.Pd., dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA mendiskusikan seputar 'Perempuan Mencari Dirinya: Perspektif Filsafat Sastra/film'.
Selanjutnya, pada sesi terakhir disampaikan tentang "Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial dalam Buku "Let’s Read’’ oleh Ketua Pusat Studi Literasi, Prof. Dr. Kisyani, M.Hum.,
Dijelaskan Prof. Evi Fatimatur Rusydiyah, pesantren merupakan tempat persemaian tradisi kesusastraan yang menunjukkan bahwa lembaga pendidikan Islam tersebut bukan hanya tempat belajar, tetapi juga sebagai lembaga kehidupan dan kebudayaan.
"Pesantren itu bukan soal kehadiran suara komunitas pesantren dalam produksi sastra. Namun, ini juga sebuah perbincangan tentang subjektifitas kreatif kalangan pesantren dalam kebudayaan,’’ ujarnya.
www.unesa.ac.id
Dia melanjutkan, R.A. Kartini merupakan seorang santri kesayangan mbah Sholeh Darat, seorang ulama terkemuka pada abad ke-18. Sebagai bagian dari hasil perjuangannya, saat ini banyak perempuan berlatar belakang pesantren yang terdeteksi karyanya.
"Banyaknya karya yang terdeteksi menjadi harapan semakin banyak perempuan berlatar belakang pesantren di era digital bisa mewarnai khazanah kesusastraan Indonesia,’’ ucap guru besar Uinsa Surabaya itu .
Sejurus dengan itu, Anas Ahmadi mengatakan bahwa sekarang ini semakin banyak perempuan yang bisa menemukan jati dirinya dan terus mengukuhkan peran pentingnya dalam tatanan kehidupan sosial dan politik Indonesia. Tidak heran muncul filsafat feminisme.
"Di era ini, sudah ada kesadaran bahwa perempuan itu bisa setara dengan laki-laki. Dari sisi psikologi perempuan pun sama dengan laki-laki. Di Titik lain peradaban kita bisa melihat bahwa perempuan sudah lebih bisa mengenal dirinya. Hal ini bisa dilihat dari film seperti Wonder Woman, Catwoman, Sailor Moon, Mulan, dan Saras lainnya,’’ paparnya.
Prof Kisyani pada kesempatan itu menunjukkan penerapan kesetaraan gender pada buku-buku cerita anak. Kesetaraaan gender dan inklusi sosial atau GESI merupakan pumpunan penelitian abad ke-21. Kesetaraan gender telah digambarkan dalam beragam alat yang di antaranya melalui buku bacaaan anak. "Kita punya ragam cara untuk mensosialisasikan kesetaraan. Kita bisa membangun kesadaran kesetaraan gender ini bahkan kepada anak-anak sekalipun,’’ jelas Kisyani.
Kegiatan ini ditutup dengan closing statement Kepala LPPM UNESA, Prof. Dr. Muhammad Turhan Yani, M.A. Dia menyatakan bahwa LPPM UNESA siap bergerak untuk meningkatkan kompetensi literasi dan minat baca anak-anak dan masyarakat Indonesia dengan program berkelanjutan.
"Dulu, Kartini telah melakukan terobosan berupa keberanian dalam bersikap. Bersikap menjadikan dirinya terdidik dan bersikap menunjukkan pengaruh pendidikan atas dirinya. Sekarang giliran kita yang melanjutkan perjuangan beliau,’’ ucapnya. [*]
***
Penulis: Yuris Izza Maulana/Asmaul Khusnah
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: