www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Nilai-nilai Pancasila memang harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini. Salah satu caranya bisa dilakukan lewat kegiatan dongen bersama. Itulah yang dilakukan tim dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kepada para siswa kelas 1-3 Sekolah Dasar Laboratorium UNESA 1, Surabaya beberapa waktu lalu. Tim PKM ini terdiri atas Dr. Ririe Rengganis, S.S., M.Hum., Prof. Dr. Suyatno, M.Pd., Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd., Dr. Agusniar Dian Savitri, S.S., M.Pd. dan Dr. Titik Indarti, M.Pd.
Dengan menggandeng Hilmi Ramadhan atau yang biasa disapa Kak Hilmi, Ketua Komunitas Kampung Dongeng Surabaya, mereka mengadakan dongen rutin setiap Jumat, pada 08-29 Oktober 2021. Selama mendongen, Kak Hilmi tidak sendiri, ia ditemani Cimut, salah satu sosok boneka andalannya.
Pada kesempatan itu, Kak Hilmi berdongen banyak hal, di antaranya tentang ‘Juara Kejujuran, Sendok Ajaib dan Sumur Keadilan’. Muatan nilai kisah tersebut yaitu seputar ketakwaan, gotong royong, kebersamaan, musyawarah dan keadilan.
Seperti pada 29 Oktober 2021 misalnya, pendongen muda itu berdongeng tentang ‘Sumur Keadilan’. Dikisahkan, pada suatu hari, Pak Bejo kesal dengan sikap orang kaya yang licik di kampungnya. Gara-gara, orang kaya tersebut tidak mengizinkan Pak Bejo dan warga menggunakan dan mengambil air sumur di kampung itu. Padahal, sumur itu sudah dibeli Pak Bejo dari si kaya untuk kebutuhan warga.
Selisih kian meruncing, lalu datanglah Pak RT yang menengahi dan menyelesaikannya. Pak RT mengajak dua pihak, Pak Bejo, warga dan si Kaya untuk duduk bersama dan membicarakan soal sumur itu. Setelah dimusyawarahkan, lantas dua pihak sepakat, agar sumur itu digunakan bersama. Masalah selesai dan dongeng pun selesai. Dengan pembawaan yang menarik dan ringan ditambah celetukan si Cimut, membuat anak-anak tampak antusias.
Kak Hilmi menyatakan bahwa kisah ‘Sumur Keadilan’ tersebut terinspirasi dari salah satu dongen mentornya dulu. Kisah itu ia modifikasi dan dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami anak-anak. Ia sengaja membawakan dongeng itu dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila pada anak sejak dini.
Para siswa bisa belajar tentang sosok Pak Bejo yang rela membeli sumur untuk kebutuhan bersama, warga. Anak-anak bisa belajar nilai kebaikan dan kebajikan di situ. Kemudian juga bisa mempelajari tentang nilai-nilai kepemimpinan dan tanggung jawab dari sosok Pak RT yang mampu menyelesaikan soal sumur secara adil.
Lalu, di dalamnya juga ada nilai-nilai pentingnya duduk bersama atau menempuh jalan musyawarah dalam menyelesaikan permasalahan atau perselisihan. Setelah itu, dari si kaya, juga bisa belajar nilai keterbukaan diri dalam menyelesaikan masalah dan menerima keputusan musawarah untuk kepentingan besama. “Kita kaya boleh, tetapi juga harus tetap memberi manfaat untuk orang lain,” tukasnya.
Dengan mendongeng, tidak hanya membuat anak bisa belajar tanpa dipaksa, tetapi juga dapat mengaktifkan imajinasi anak dan menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini. Ketika anak-anak sering mendengar kisah-kisah kebaikan dan kebajikan bisa memberikan pengaruh pada sikap dan perilakunya sehari-hari. “Dongeng memang bukan yang utama, tetapi perlu juga didukung dengan peran penting orang tua dan lingkungan mereka di rumah sebagai penentunya,” ujarnya.
Ririe Rengganis, ketua kegiatan menyatakan bahwa dongeng bersama itu merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat (PKM). Tujuannya untuk mengaktifkan imajinasi dan menanamkan karakter Pancasila dan kebhinekaan kepada anak-anak sejak dini.
Baginya itu perlu dilakukan, dengan mendongeng, anak-anak terdorong untuk membaca dan bisa meningkatkan minat literasi sejak dini. “Kepada sekolah dan orang tua, kami upayakan agar dongeng tidak hanya di sekolah, tetapi juga di taman baca dan di rumah,” katanya.
Salah satu guru SD Labaroratorium UNESA 1, Riama, menyatakan bahwa kegiatan dongen tersebut sangat cocok dijadikan metode pembelajaran tingkat anak-anak sekolah dasar. Selain mudah dipahami juga mampu mengaktifkan imajinasi dan berpikir anak.
“Dunianya anak-anak memang dekat dengan bermain dan berdongeng, karena itu, dongeng penting sekali dilakukan di sekolah dan di mana pun, anak-anak bisa belajar tanpa merasa belajar dan diajar. Pendidikan karakter sejak dini, cocok sekali lewat dongeng,” tuturnya. [Humas UNESA]
Kontributor: Pai, Intan Puspitasari dan Adinda Tasya Akmalia
Editor: zam*
Share It On: